Ulus Primawan, petani dari Lembang, Jawa Barat menerima penghargaan “Petani Teladan se-Asia-Pasifik” dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agricultural Organization of the United Nations/FAO).
Keterangan resmi dari FAO yang diterima di Jakarta, Selasa (17/10/2017), mengatakan bahwa pemberian penghargaan tersebut pada saat peringatan Hari Pangan Internasional yang diselenggarakan oleh Kantor Regional FAO Asia-Pasifik di Bangkok, Thailand, Senin (16/10/2017).
Penghargaan untuk Ulus (43) diberikan atas inovasinya dalam sistem produksi hortikultura, lansir Antara.
Ulus yang hanya berpendidikan sekolah dasar merupakan contoh yang cemerlang bagaimana inovasi, semangat, dan kebulatan tekad bisa menuai hasil yang besar, bahkan bagi seorang petani kecil.
Selain kerja keras, kesuksesan Ulus adalah kombinasi dari kolaborasi, tanah kaya vulkanis dan keinginan untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain.
Tanah vulkanis yang subur di Jawa barat berkontribusi pada hasil produk pertanian berkualitas tinggi dalam jumlah besar. Bahkan, kebun dengan luas tiga hektar miliknya mampu menghasilkan sebanyak 1,5 ton buncis.
Sebagai ketua kelompok petani dengan 20 orang anggota, Ulus bekerja keras untuk memastikan produk mereka tiba di pasar pada waktu yang tepat dalam jumlah yang tepat dan dengan harga pasar yang wajar.
Sebelum kelompok petani terbentuk, Ulus dan tetangganya tidak punya pilihan lain, kecuali menjual hasil kebun mereka kepada perantara atau tengkulak yang kemudian menjualnya lagi.
Rantai suplai menjadi panjang dan harga yang diterima petani sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Kementrian Pertanian RI mendorong pembentukan kelompok petani, Ulus dan tetangganya memanfaatkannya dengan baik.
Setelah meniadakan tengkulak dan menjalankan fungsi sebagai perantara, masing-masing anggota kelompok yang diketuainya menghasilkan pendapatan sampai sekitar Rp15 juta setiap bulan atau empat kali lipat dari sebelumnya.
Pada tahun 2014, Ulus Pirmawan berpartisipasi dalam program pertukaran pertanian JICA dan memperluas keterampilan pemasarannya. Pada tahun 2014 dan 2015, dia menerima penghargaan dari Pemerintah Indonesia atas keberhasilannya mengekspor buncis berkualitas tingginya.
Saat ini, dia mempekerjakan 15 orang dan membagi pengetahuannya dengan ratusan petani termasuk petani dari negara tetangga Timor Leste.
“Saya akan terus bekerja dan melatih orang lain selama saya mampu. Saya bangga bisa melakukan itu,” ujarnya.
Selain dari Indonesia, pada Hari Pangan Dunia tersebut FAO Asia-Pasifik memberi penghargaan kepada empat petani teladan dari seluruh wilayah, yakni dari Afghanistan, Jepang, Nepal, dan Thailand.
Masing-masing menerima sertifikat pencapaian dari Yang Mulia Putri Maha Chakri Sirindhorn atas nama Kantor Wilayah FAO untuk Asia dan Pasifik.(ant/iss/ipg)