Analisa para pemangku kebijakan dan pihak berwajib menyimpulkan, ada kecenderungan peralihan peredaran narkoba di Indonesia akibat maraknya penegakan hukum terhadap para pengedar.
Pengedar narkoba diduga beralih menjual obat-obatan ilegal dengan sasaran generasi muda, bahkan yang masih duduk di sekolah dasar. Ini dilihat dari temuan peredaran pil Paracetamol, Cafein dan Carisoprodol (PCC) PCC di Kendari, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu.
Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jawa Timur, dalam pencanangan Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat mengatakan, semua sektor pengambil kebijakan dan masyarakat harus mengantisipasi penyalahgunaan obat ilegal.
“Kalau sebelumnya peredaran narkoba ditangani oleh BNN dan sudah dilakukan tindakan tegas, sekarang penyalahgunaan obat ini akan ditangani oleh BPOM. Tapi semua sektor harus mendukung,” ujarnya di kantor BBPOM Surabaya, Rabu (4/10/2017).
Pria yang biasa dipanggil Gus Ipul ini mengatakan, sinergi antarinstansi terkait di Jawa Timur seperti Kepolisian, BNN, dan Bea Cukai harus bersinergi untuk mendukung Aksi Nasional yang sebelumnya dicanangkan oleh Joko Widodo Presiden, di Bogor, kemarin, Selasa (3/10/2017).
“Kami Pemerintah Daerah akan mendukung aksi ini dalam bentuk yang konkrit. Kami juga meminta masyarakat melapor bila ada hal-hal yang tidak wajar. Terutama para orang tua, karena sasaran penyalahgunaan obat ilegal ini generasi muda,” ujarnya.
Hardaningsih, Kepala Balai POM di Surabaya memastikan, dalam beberapa kegiatan inspeksi yang telah dilakukan, tidak ditemukan obat PCC di Jatim. Namun, dia membenarkan, Jawa Timur telah menjadi tempat transit peredaran pil PCC ini.
Seperti yang telah ditemukan oleh Bareskrim Polri beberapa waktu lalu dalam penggerebekan di sebuah rumah di Perumahan Wisma Permai I yang menjadi gudang penyimpanan 1,2 juta pil PCC dan pil zenith atau carnophen.
“BPOM akan mengawal dari jalur legal (apotek dan toko obat,red), kalau di jalur ilegal kami tidak bisa sendiri, tapi harus menggandeng kepolisian, seperti Bareskrim Polri. Karena mereka yang punya kemampuan intelijen,” ujarnya.(den/ipg)