Khofifah Indar Parawansa Menteri Sosial menghibur ratusan anak-anak di tiga posko pengungsian Gunung Agung, Bali, Rabu (27/9/2017).
Khofifah mendatangi tiga titik pengungsian sekaligus yakni Kecamatan Abang Karangasem, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, dan Desa Pengotan Kabupaten Bangli.
Khofifah yang didampingi Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial mengajak anak-anak bermain, bernyanyi, dan bercerita. Tidak ketinggalan hadiah mainan berupa raket bulutangkis, bola plastik, mobil-mobilan, dan lain sebagainya juga dibagikan Khofifah untuk para anak-anak pengungsi.
“Ayo jangan berebut, untuk main bareng-bareng ya,” kata Khofifah.
Kepada anak-anak, Khofifah berpesan untuk tetap semangat belajar menggapai cita-cita dan bersabar dalam menghadapi situasi bencana seperti ini.
Khofifah mengatakan, hiburan kepada anak-anak di pengungsian sangat penting guna menghindarkan anak-anak pada situasi yang membuat mereka stress. Ajakan bernyanyi dan bermain, menurut Khofifah, mampu membuat anak-anak sejenak melupakan bencana yang telah memaksa mereka berada di pengungsian.
“Situasi canggung pasti dirasakan anak-anak karena atmosfer di pengungsian sangat jauh berbeda sekalipun mereka berkumpul bersama keluarga,” imbuhnya.
Khofifah menceritakan, dalam layanan dukungan psikososial anak-anak dikumpulkan dalam tenda di ruang terbuka. Oleh tim mereka diceritakan dongeng rakyat, diajak bernyanyi, dan bermain. Semua itu dilakukan setelah seluruh anak pulang dari sekolah.
Salah seorang anak, Wayan (12) warga Kecamatan Abang mengatakan sangat terhibur dengan berbagai permainan yang diselenggarakan tim LDP Kementerian Sosial.
“Pokoknya senang, banyak sekali dongeng yang diceritakan. Disini juga banyak teman-teman,” tuturnya.
Senada, Angga (9) anak di pengungsian Desa Pengotan mengatakan sangat senang bisa bertemu langsung dengan Menteri Sosial. Ini adalah kali pertama Ia bisa bertemu dengan seorang menteri.
Sementara itu, kunjungan ketiga titik pengungsian tersebut dilakukan Khofifah juga guna mengecek secara langsung ketersediaan logistik untuk para pengungsi. Menurutnya, masalah utama yang harus terselesaikan dalam bencana adalah ketersediaan logistik yang cukup.
Sesuai data Kementerian Sosial, sedikitnya dibutuhkan 30 ton beras per hari untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh pengungsi Gunung Agung.
Namun demikian, lanjut Khofifah angka tersebut dipastikan bertambah mengingat gelombang pengungsi terus bertambah. Hal tersebut tidak bisa dibendung karena berkaitan dengan psikologis warga.
“Berdasarkan data BNPB, kalau kemarin Selasa (26/9/2017) jumlah pengungsi ada 75.000 jiwa yang tersebar di 357 titik pengungsian maka per hari ini, Rabu (27/9/2017) melonjak hingga 96.086 jiwa di 430 titik,” tuturnya.
“Intinya jangan sampai ada pengungsi yang tidak terpenuhi kebutuhan permakanan karena logistik habis,” tambah dia.
Diterangkan Khofifah, sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahu 2012 pasal 11 dan 12 disebutkan bahwa Bupati/walikota mempunyai kewenangan menggunakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk penanganan tanggap darurat akibat bencana yang terjadi di wilayahnya paling banyak 100 ton dalam kurun waktu 1 tahun. Jika lebih maka harus mendapatkan persetujuan gubernur.
Sedangkan Gubernur, mempunyai kewenangan menggunakan CBP untuk paling banyak 200 ton dalam kurun waktu 1 tahun. Dan jika lebih, maka harus mendapatkan persetujuan Menteri.
Khofifah mengapresiasi sikap gotong royong yang ditunjukkan para pengungsi dan aparat pemerintah setempat. Utamanya dalam penyediaan permakanan lewat dapur umum. Ia berharap pengungsi tetap mengikuti instruksi aparat pemerintahan dalam menyikapi situasi bencana ini.
“Jangan percaya kabar hoax apapun, tetap ikuti instruksi pemerintah,” tegasnya.
Selain mengunjungi tiga titik pengungsian tersebut, Khofifah juga mendatangi Pos Pemantau Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Di tempat tersebut Khofifah memperoleh data kondisi kekinian Gunung Agung yang masih berstatus awas.(faz/dwi)