Andi Amran Sulaiman Menteri Pertanian RI (Mentan) gencar mengembangkan kopi dan rempah-rempah Tanah Air agar menjadi komoditas nomor satu dunia.
Untuk mencapai target itu, Kementan melakukan berbagai program antara lain pengembangan perbibitan kopi, peningkatan produktivitas, manajemen usaha tani, pengolahan dan pemasaran produk kopi hingga ke luar negeri.
Adapun kopi Indonesia saat ini berada di peringkat empat dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia.
Berdasarkan data FAO, luas areal kopi Brasil hampir 2 juta ha dengan produktivtas 1,4 ton/ha. Luas areal kopi di Vietnam 589 ribu ha dengan produktivitas 2,3 ton/ha dan Kolombia luas 795 ribu ha dengan produktivitas 0,9 ton/ha.
Sedangkan kopi Indonesia seluas 1,23 juta ha di antaranya 1,19 juta ha milik perkebunan rakyat dengan produktivitas 0,6 ton/ha.
Namun, mutu kopi Indonesia belum stabil, sehingga ekspor didominasi (99 persen) bentuk kopi biji/berasan (coffee excluding roasted and decaffeinated) sedangkan negara lainya sudah mengekspor kopi olahan.
“Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen kopi terbesar dunia. Optimistis harus diraih, mengingat Indonesia negara tropis dengan wilayah pegunungan yang membentang dari ujung pulau Sumatera hingga ke Papua, potensial untuk kopi,” kata Amran di Yogyakarta, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (23/9/2017).
Amran mengungkapkan kopi khusus (specialty coffee) Indonesia sudah dikenal di Eropa dan Amerika dan menjadi tren dunia saat ini antara lain kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa, kopi toraja, dan kopi lembah baliem.
Menteri Pertanian mengarahkan agar tahun depan kopi Indonesia menjadi nomor dua di dunia, dengan cara meningkatkan mutu dan produktivitas menjadi 1,0 ton/ha. Tahun berikutnya ditingkatkan lagi sehingga menjadi nomor satu dunia.
“Langkah awal yang telah dilakukan, para ahli kopi ditugaskan ke Vietnam untuk mempelajari teknik meningkatkan produktivitas kopi,” katanya.
“Selanjutnya pada APBN-P 2017 dan APBN 2018 digenjot dengan peningkatan produkvitias, pengembangan 8.700 ha kawasan kopi, perbenihan 3 sampai 4 juta batang per tahun, pasca-panen dan pemasarannya,” sebut Amran.
Suwandi, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementan, menjelaskan cara mendongkrak daya saing kopi Indonesia, pertama meningkatkan sistem pembibitan, pupuk dan tata kelola air. Kedua, program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang kurang produktif.
“Ketiga, memperluas luas areal tanam kopi jenis arabika yang bernilai ekonomi tinggi sehingga populasi kopi robusta dan arabika menjadi seimbang,” kata dia.
Keempat, pengembangan kopi dengan jenis kopi khusus dari berbagai daerah di Indonesia yang bernilai tinggi. Kelima, bersama instansi terkait mempromosikan kopi Indonesia di dalam maupun ekspor luar negeri terutama ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang serta berupaya mengendalikan impor.
Berdasarkan data BPS, produksi kopi tahun 2016 sebesar 21.773 ton senilai Rp 14,5 triliun telah dinikmati 1,9 juta rumah tangga petani kopi.
Ekspor kopi pada Januari-Agustus 2017 sebesar 335.027 ton atau naik 50 persen dibandingkan periode sama tahun 2016 sebesar 212.514 ton. Kopi turut memberikan kontribusi surplus neraca perdagangan 823 juta dolar AS.
Demikian pula sebaliknya, impor kopi Januari-Agustus 2017 sebesar 8.776 ton atau turun 63 persen dibandingkan periode sama 2016 sebesar 23.550 ton.
“Data ekspor impor kopi ini menunjukkan pertanda meningkatnya kualitas dan daya saing produk kopi Indonesia di pasar dunia,” pungkas Suwandi.(ant/fik)