Sabtu, 23 November 2024
Cerita Pendengar SS di Balik Letusan Gunung Agung Tahun 1963

Namai Anak dengan Nama Debu Agung Hingga Prosesi Pernikahan di Tengah Guyuran Abu

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Beberapa pendengar Radio Suara Surabaya meceritakan pengalaman saat Gunung Agung meletus tahun 1963 lalu.

Sueb warga Jember menceritakan saat Gunung Agung meletus dia berumur 7 tahun. “Saat itu sampai siang ada tetangga saya yang mantenan. Dia sekarang punya anak namanya `Debu Agung`,” katanya.

Banyak juga pendengar yang berbagi cerita kalau saat Gunung Agung meletus, suasana gelap seperti malam meskipun saat itu siang. Tak hanya itu, hujan abu tebal menyerupai semen juga terjadi saat itu.

“Saya ngumani Gunung Agung meletus. Saya baru umur 3 tahun. Yang saya ingat debu itu tebal sekali, cuaca gelap kayak malam padahal siang loh. Sama orang tua nggak boleh keluar disuruh masuk kamar. Jalanan sepi nggak ada yang berani keluar,” cerita Hendra Pras.

Berbeda cerita yang dialami Sujono warga Surabaya, saat Gunung Agung meletus tahun 1963 kala itu dia berada di Cepu. Awalnya dia tidak tahu kalau saat itu Gunung Agung meletus. “Om saya bilang harus pakai kapas ditaruh di hidung, nggak ada masker kayak sekarang. Tapi teman saya malah kapasnya kehirup masuk hidung,” ujar dia.

Pengalaman tak terlupakan dialami Anton warga Jombang saat Gunung Agung meletus tahun 1963 lalu. Saat itu usianya menginjak 26 tahun dan saat itu dia sedang melangsungkan pernikahan di Surabaya, sehingga prosesi pernikahannya pun di tengah guyuran abu. (dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs