Meskipun jaraknya jauh, warga di Kabupaten Jembrana, Bali, ikut memantau perkembangan Gunung Agung, yang dikhawatirkan akan meletus.
“Kalau meletus, abunya pasti sampai di sini. Saya siap-siap saja dengan masker,” kata Rahman Kholidi, salah seorang warga Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Selasa (19/9/2017) seperti dilansir Antara.
Pria berumur 44 tahun ini mengatakan, sejak lahir dirinya tidak pernah mengalami letusan gunung terbesar di Bali tersebut, hanya mendengarkan cerita dari orang tuanya.
Sementara Hj. Chaeriyah, salah seorang warga yang sudah sepuh mengaku, masih ingat dengan letusan Gunung Agung, namun lupa tahun terjadinya letusan tersebut.
Menurutnya, saat Gunung Agung meletus, abu tebal menutupi langit Kabupaten Jembrana, sehingga meskipun siang hari tetap gelap seperti malam.
“Yang saya ingat, meskipun siang hari, warga tetap menyalakan lampu tempel saat itu. Mudah-mudahan Gunung Agung tidak jadi meletus, karena suasana waktu itu tidak enak dan mencekam, meskipun daerah sini jauh dari gunung tersebut,” katanya.
Ketut Eko Susilo Artha Permanan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jembrana mengatakan, meskipun jaraknya relatif jauh, BPBD tetap memantau dan waspada terhadap perkembangan Gunung Agung.
Menurutnya, BPBD sudah memberitahukan kepada seluruh kepala desa untuk mengantisipasi dampak buruk yang dihadapi warga Kabupaten Jembrana jika Gunung Agung meletus.
Dalam surat pemberitahuan tersebut, ia minta aparat desa untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung, antara lain dengan menyiapkan masker.
“Saat abu sampai di sini yang paling penting adalah masker. Kami imbau masyarakat berpartisipasi dan mengantisipasi jika Gunung Agung meletus,” katanya. (ant/dwi/ipg)