
DPRD Provinsi Jawa Timur akhirnya menyetujui Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017-2032. Sembilan fraksi yang hadir pada rapat paripurna dapat menerima dan menyetujui raperda ini.
Persetujuan ini kemudian dituangkan dalam penandatanganan keputusan persetujuan bersama terhadap raperda tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan Provinsi Jawa Timur 2017-2032
“Perda ini adalah landasan dan dasar hukum dalam melakukan pembangunan sektor pariwisata yang memiliki visi terwujudnya Provinsi Jatim sebagai destinasi pariwisata terkemuka di dunia, berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), di hadapan peserta sidang paripurna DPRD Jawa Timur, Kamis (14/9/2017).
Gus Ipul, mengatakan, pembangunan kepariwisataan Jawa Timur meliputi beberapa langkah. Yakni, destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, berwawasan lingkungan dan meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.
Selain itu, pemasaran pariwisata juga harus sinergis, unggul, dan bertanggungjawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara.
Industri pariwisata juga harus memiliki daya saing, kredibel dan menjaga kelestarian kebudayaan dan lingkungan alam.
“Selainjutnya, kelembagaan pemerintah provinsi, swasta dan masyarakat harus efektif dan efisien untuk mendorong kepariwisataan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, pengelolaan kepariwisataan harus dilakukan secara serius. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman membuat semakin tajamnya kompetisi destinasi di tingkat global maupun nasional. Selain itu, masih ada ketimpangam perkembangan destinasi pariwisata di Jawa Timur.
Karenanya, Gus Ipul berharap perda ini mampu memberi petunjuk dan arahan dalam membangun kepariwisataan Jawa Timur yang lebih baik ke depannya. “Saya juga berharap pariwisata kita mempertahankan nilai, norma dan kebudayaan lokal yang tidak tergerus pengaruh budaya asing,” ujarnya. (fik/rst)