Sabtu, 23 November 2024

Singkirkan Primordialisme, Golkar Pilih Jokowi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Idrus Marham Sekretaris Jenderal Partai Golkar, saat peluncuran bukunya di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2017). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Partai Golkar mengesampingkan pPrimordialisme kepemimpinan dengan memutuskan memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI.

Golkar tidak lagi memaksakan kadernya untuk diusung sebagai pemimpin nasional dengan alasan demi kepentingan bangsa dan negara.

Inilah inti dari buku “Keutamaan Jokowi” yang ditulis Idrus Marham Sekretaris Jenderal Partai Golkar, yang diluncurkan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Idrus mengaku idealismenya menulis buku yang jumlah halamannya 367 untuk menjelaskan mengapa Partai Golkar mendukung Jokowi.

“Yang paling penting bagi generasi muda adalah buku ini dimasukkan untuk menciptakan tradisi baru dalam perpolitikan nasional yang lebih berorientasi pada kepentingan bangsa,” ujar Idrus di lantai dua Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan.

Idrus dalam bukunya itu menjelaskan kalau tradisi baru dalam perpolitikan nasional harus mengedepankan kepentingan bangsa.

“Memang Golkar tidak ada lagi kadernya, sehingga mendukung Jokowi yang kader PDIP itu,” kata dia.

Dalam buku tersebut, Idrus juga menjelaskan bahwa elit politik harus mulai belajar dan ada kejujuran dalam berpolitik kalau memang ada kader-kader bangsa yang sudah mempunya prestasi.

“Kiita yakini pikiran-pikirannya untuk kepentingan bangsa mengapa tidak kita dukung,” ujar Idrus.

Selama ini, kata dia, masyarakat maupun elit politik hanya berfikir pokoknya dari kelompoknya yang diusung menjadi pemimpin.

Dalam buku tersebut, Idrus menegaskan bahwa ketika bicara tentang kepentingan bangsa, maka siapapun dia kalau mempunyai kemampuan, gagasan, pikiran dan diyakini akan mampu membawa Indonesia maju ke depan, maka harus didukung.

Disini, kata Idrus, diperlukan sebuah kejujuran.

“Di antara kita ada dulu pernyataanya pak Harto yang sering disadari bahwa kita harus bisa merasa, jangan hanya sekadar merasa bisa“, kata Idrus.

Tradisi baru yang Idrus inginkan adalah bahwa kita ingin bangsa kita maju ke depan, maka kita harus konsisten mengedepankan ide dan gagasan sebagai instrumen.

“Jadi ada gagasan-gagasan yang kita kedepankan, pikiran-pikiran yang kita kedepankan, dan saya kira sejatinya kita sebagai anak bangsa tidak melihat lagi hal-hal yang bersifat primordialisme. Tetapi kita melihat pada pendekatan-pendekatan kualitatif,” ujar Idrus.(faz/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs