Sabtu, 23 November 2024

IPO November Mendatang, Wika Gedung Kembangkan Prefab Komponen Bangunan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
CBD/Pusat Bisnis seluas 25 hektare milik Puncak Grup di Wiyung, Surabaya yang pengerjaan proyeknya dilakukan oleh PT Wijaya Karya (Wika) Gedung. Foto: Denza suarasurabaya.net

PT Wijaya Karya (Wika) Bangunan Gedung, perusahaan kontraktor anak perusahaan Wika Holdings, akan segera melakukan initial public offering (IPO) dalam waktu dekat.

Nur Al Fata Direktur Pengembangan Wika Bangunan Gedung memperkirakan, semua proses IPO akan tuntas pada November mendatang.

“Saat ini proses di IDX (Indonesian Stock Exchange/Bursa Efek Indonesia) sudah 95 persen. Sedangkan proses di OJK sudah tinggal satu item,” katanya di Surabaya, Selasa (15/8/2017).

Wika Gedung adalah anak perusahaan Wika Holdings yang berdiri sejak 2009 silam, yang mana 99 persen kepemilikan modal dimiliki Wika Holdings, sisanya dimiliki koperasi karyawan.

Pada perkembangannya, Wika Gedung yang awalnya fokus pada bisnis konstruksi gedung kini juga mengembangkan bisnisnya ke arah bisnis investasi, properti, dan konsesi.

Salah satu yang akan menjadi fokus perkembangan bisnis Wika Bangunan Gedung ke depan adalah pembangunan berbasis industri. Saat ini, Wika Bangunan Gedung telah mengembangkan bisnis prefab komponen bangunan.

“Sementara ini, kami masih mengembangkan prefab toilet untuk mengantisipasi pasar rusun dalam program satu juta rumah pemerintah,” ujarnya.

Menurutnya, industri prefab di luar negeri sudah sangat maju. Prefab komponen bangunan yang dibuat di pabrik memungkinkan pembangunan menjadi lebih cepat dan modular.

“Selama ini, kita membuat kamar satu per satu. Mulai dari dinding kamar, lalu diulang terus supaya sama. Selain membutuhkan waktu lebih lama, ini juga membutuhkan tenaga quality control yang lebih ketat,” katanya.

Menurutnya, di Jepang, semua komponen bangunan sudah merupakan produk pabrikan. Dengan komponen prefab ini, kualitas bangunan pun menjadi lebih baik.

Pembangunan dengan prefab modular di luar negeri, kata dia, sudah diterapkan untuk bangunan apartemen, hotel, hingga rumah sakit.

“Semua sudah dibuat di pabrik, sampai instalasi gas dan listriknya pun sudah tersedia. Jadi ketika prefab ini dikirim ke lokasi, tinggal memasangkan instalasinya,” ujarnya.

Soal pasar prefab di Indonesia, kata Nur Al Fata, memang belum terlalu besar. Sebab, biayanya memang lebih besar. Untuk sebuah toilet seluas 2 meter persegi misalnya, prefab yang sudah dilengkapi toilet dan wastafel ini memakan biaya Rp60 juta.

Prefab untuk bangunan rumah sakit biayanya lebih besar lagi. Untuk satu kamar tempat tidur yang dilengkapi semua instalasi listrik dan komponen pelengkapnya, biayanya mencapai Rp2 miliar hingga Rp10 miliar.

Tapi keunggulannya, pembangunan gedung menjadi lebih praktis dan lebih cepat. Selain itu, semua komponen dengan peruntukan yang sama menjadi standar dengan kualitas yang sangat baik.

“Meskipun, bahannya memang sudah tidak lagi menggunakan batu bata. Karena sekarang ini, gypsum yang kita kenal sudah sampai pada jenis yang sangat keras dan kedap suara,” katanya.

Pembangunan modular dengan prefab ini akan diterapkan pada pembangunan proyek apartemen Puncak Dharmahusada. Nur mengatakan, percobaan ini akan dilakukan di satu lantai bangunan itu.

Wika Gedung menargetkan, dari semua proyek yang digarap tahun ini, laba yang didapat mencapai Rp285 miliar hingga akhir tahun 2017. “Juni lalu sudah Rp143 miliar,” kata Nur Al Fata.

Wika Gedung juga menargetkan, setelah IPO pada tahun ini, perusahaan kontraktor itu akan menjadi world class space pada 2020 mendatang.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs