Sabtu, 23 November 2024

Wali Kota di Filipina Selatan Tewas saat Penggerebekan Narkoba

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tim khusus anggota kepolisian Filipina berjalan pulang setelah melakukan operasi anti narkoba di Mandaluyong, Kota Manila di Filipina November 2016 silam. Foto: businessinsider.com

Reynaldo Parojinog Wali Kota Ozamiz di Filipina Selatan tewas dalam razia narkoba di dekat rumahnya, Minggu (30/7/2017) dini hari waktu setempat. Dia adalah wali kota ketiga yang tewas dalam penumpasan narkotika berdarah oleh pemerintah Filipina, yang sebelumnya telah masuk daftar tersangka teratas pengedar narkoba yang dicatat Rodrigo Duterte Presiden Filipina.

Reynaldo tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan yang sedang melakukan tugas penangkapan di rumahnya. Beberapa pucuk senjata dan obat terlarang sejenis sabu-sabu (methamphetamin) disita dari rumah walikota itu.

Meski demikian, Timoteo Pacleb Kepala Kepolisian Mindanao Utara menyatakan, belum mengetahui berapa jumlah sabu-sabu yang diamankan dari rumah Reynaldo.

“Polisi mendapat serangan. Sehingga polisi membalas,” kata Pacleb, lansir Antara, Minggu (30/7/2017). Beberapa orang lain, termasuk istri Reynaldo, tewas dalam penggerebekan itu.

“Keluarga Parojinog, jika Anda ingat, termasuk dalam daftar Presiden Duterte tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang,” kata Ernesto Abella Juru Bicara Presiden dalam sebuah pernyataan.

Pada November 2016 lalu, wali kota Albuera di Leyte bagian tengah Filipina tewas dalam baku tembak di dalam sel tahanannya. Duterte sebelumnya telah meminta wali kota itu agar menyerah karena dugaan keterlibatannya dalam peredaran obat bius.

Duterte telah berjanji melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang walau menerima kritik dari berbagai kalangan. Khususnya kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Wali kota lainnya yang diduga terlibat dalam aktivitas itu di bagian selatan Mindanao dan sembilan orangnya tewas dalam baku tembak di sebuah tempat pemeriksaan polisi di Cotabatu pada Oktober 2016.

Para pengkritik mengatakan Duterte tutup mata atas ribuan kematian selama operasi-operasi oleh polisi yang melakukan eksekusi para pengedar obat terlarang itu.

Polisi mengatakan, mereka telah membunuh para tersangka sebagai bentuk bela diri dan membantah keterlibatan dalam serangkaian pembunuhan para pengedar obat terlarang.

Dalam beberapa jumpa pers dan kegiatan publik, Presiden Duterte menunjukkan sebuah buku tebal yang dia katakan berisi nama-nama pejabat yang diduga terkait dengan perdagangan obat terlarang. Buku itu berisi sekitar 3.000 nama.

Selain melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang, Duterte berencana memerangi kelompok Maois setelah perlawanan lain di kawasan selatan oleh kelompok Islam sudah dipadamkan.

Ketika berbicara di depan pasukan yang tengah memerangi kelompok afiliasi ISIS di pulau Mindanao, Duterte mengatakan ia akan memerintahkan serangan melawan Tentara Rakyat Baru (NPA) setelah Kota Marawi berhasil dikuasai kembali oleh pemerintah.

“Saya tidak ingin perundingan perdamaian,” kata Duterte yang mengenakan seragam militer pada Kamis di pusat komando tentara yang hanya berjarak dua kilometer dari arena pertempuran.

“Tidak ada lagi perundingan, ayo perang,” kata Duterte di dalam kesempatan lain di depan para pengusaha Kota Davao baru-baru ini.

Duterte kini harus menghadapi tantangan keamanan terbesar dalam masa kepresidenannya. Pasukan keamanan pemerintah terus tertekan untuk mengamankan pulau-pulau di selatan dari ancaman serangan kelompok Maois dan juga organisasi pro-ISIS yang dibantu warga negara asing.(ant/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs