Polisi berompi Satlantas itu sibuk mengurai kemacetan jalur arah Tol Perak. Dia mencoba mengurai kemacetan dengan cara menghilangkan crossing di bundaran Kobangdikal dengan menaruh beberapa beton.
Tak berapa lama berkomunikasi dengan Handy Talky yang dia pegang, dia kemudian menaiki motor trail warna hijau dan bergegas masuk jalan tol Perak. Dia mencoba mencari penyebab kemacetan di tol Perak. Tak berapa lama, dia kembali ke posisi mengatur jalan di lokasi semula.
Dia adalah AKP Eko Nurwahyudiono Kanit Lantas Polsek Krembangan Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Terobosan merekayasa kemacetan di arah tol perak dia mulai sejak 2013.
“Petugas Jasa Marga sudah hafal dengan saya. Mereka beranggapan pokoknya kalau ada polisi bawa trail warna hijau, pasti saya,” ujarnya saat ngobrol dengan suarasurabaya.net, Senin (10/7/2017).
Tidak hanya itu, meski sebagai polisi lalulintas, naluri reserse tetap melekat pada diri Eko. Di tahun 2016 lalu, dia juga berhasil menggalkan aksi penjambretan di kawasan Hotel Antariksa Jl. Gresik Gadukan Timur No.97, Morokrembangan.
“Waktu itu saya mendengar ada orang berteriak, lalu saya ambil motor ternyata ada jambret. Lalu, saya kejar , begitu dia mengerem langsung saya tabrak dan tertangkap. Waktu itu isi tas korban Rp8,4 juta. Saya mendapat penghargaan dari Kapolres,” katanya.
Meski hanya sebagai polisi lalu lintas berpangkat perwira pertama, AKP Eko ternyata bergelar Doktor Ilmu Ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang.
Dia bercerita, pendidikan S2 dan S3 dia tempuh dengan biaya dari beasiswa. Nilai IPK semasa kuliah selalu di atas 3. Pada saat kuliah SI di Fakultas Hukum Universitas Putra Bangsa Surabaya (1999-2002) misalnya, dia lulus dengan IPK 3,4.
Kemudian saat menempuh S2 di Universitas Airlangga (Unair) dia lulus dengan IPK 3,6. Tesisnya yang mengangkat tema “Pengaruh Masker terhadap Kesehatan Polisi Lalu Lintas” mengantarkan dia meraih gelar Magister Kesehatan Lingkungan.
Prestasi akademik berlanjut saat dia menempuh S3 di Fakultas Ekonomi Unibraw (2009-2014). Dia lulus dengan IPK 3,1 dan menjadi Doktor Ilmu Ekonomi dengan tema Desertasi “Pengaruh Urbanisasi terhadap Peningkatan Kejahatan”.
“Saya meneliti 100 responden tahanan yang berkelahiran luar kota Surabaya. Mereka beralasan berbuat kejahatan karena datang ke Surabaya tidak punya skill, gaji tidak tambah tapi anaknya banyak akhirnya menempuh jalan pintas,” ujarnya.
Meski menggunakan metode kualitatif, dia juga mengambil sampel subyek penelitian yaitu para tahanan. Menurutnya, pelaku kejahatan di Surabaya 50 persennya lebih adalah orang kelahirannya luar Surabaya.
Menurut Eko, kebutuhan kuliah dia ambil selain ada kesempatan karena dia sangat ingin belajar di bidang yang tengah dia hadapi. Menempuh jurusan hukum, karena dia ingin tahu hukum. Lalu, menempuh S2 kesehatan, karena waktu itu dia menjabat penyidik lingkungan tim Bapedalda (Badan Pengendalian Lingkungan Daerah) Provinsi Jatim.
“Saya kuliah S3 ilmu ekonomi, karena saya waktu itu penyidik Tipidter Polda Jatim. Saya mendapat beasiswa dari Mabes Polri,” katanya.
Eko mengatakan, bagi dia kuliah yang dia tempuh hingga gelar doktor ini semata-mata ingin belajar mengejar ketertinggalan. Setiap ditugaskan di tempat tertentu, mengharuskan dia harus cepat adaptasi dan menguasainya.
“Saya ingin mencari ilmu saja. Karena dalam hidup itu pasti menghadapi masalah kompleks yang harus dipecahkan,” katanya.
Di usia 46 tahun ini, Eko hanya ingin hidup nyaman. Lima tahun menjadi Kanit Lantas Polsek Krembangan dia manfaatkan untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Tidak hanya urusan lalu lintas, urusan warga yang paling kecil juga dia urusi.
Misalnya, pada Senin (10/7/2017), selepas mengikuti Upacara Hari Bhayangkara ke-71, Eko langsung bergerak menjalankan tugas mengatur kemacetan. Pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB dia melakukan pengecekan, gas Pertamina yang di Bisem Morokrembangan karena mendapat laporan warga telah terjadi kebocoran.
“Saya ini sembarang saya jalani, kalau saya bisa bantu ya saya bantu. Meski bukan urusan saya, tapi saya dimintai tolong, kalau bisa saya bergerak sendiri,” kata Perwira 2007 ini.
Dia juga yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik jika orang itu berbuat baik. “Saya tidak pernah aji mumpung jadi polisi. Saya terus berfikir, setelah magrib mengaji Surat Yasin untuk keselamatan keluarga saya,” katanya.
Selama bertugas sampai kuliah di Unibraw dia mengendarai motor Garuda (Motor Dinas). Sisa beasiswa kemudian dia belikan motor Mio. Setelah itu, dia mendapatkan doorprize motor Beat di Ulang Tahun Bayangkara semasa kepemimpinan Irjen Polisi Anton Bachrul Alam Kapolda Jatim.
Saat ini, Eko bisa beli mobil bekas merek KIA Carnival. Itu pun tidak pernah dipakai sehari-hari, hanya untuk keluar bersama keluarga kalau ada acara.
“Tidak kuat beli bensin. Pokoknya kalau saya sudah nyuci mobil, tetangga pasti tanya mau keluar kemana. Saking gak pernah dipakai mobil itu,” katanya.
Terkait dunia pendidikan, bagi Eko tidak semua orang kaya bisa sekolah. Sebaliknya, tidak semua orang miskin tidak bisa sekolah. (bid/iss/tok)
Biodata:
Nama: AKP Eko Nurwahyudiono
Istri: Lilis Setyowati
Anak:
1. Vinda Arliska (Dapat Beasiswa SI ke Nanjing China).
2. Salsabila Surya Maharani, Kelas 4 SD.
3. Mirza Aleksan Alhaidar (TK Kecil).