Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak melemah sebesar 21 poin menjadi Rp13.389 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.368 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta Selasa mengatakan bahwa laju mata uang rupiah di pasar valas domestik cenderung tertahan seiring dengan penguatan dolar AS di kawasan Asia.
“Akibat penguatan dolar AS di pasar Asia, rupiah terkena dampak negatif,” kata Rangga Cipta, seperti dikutip Antara, Selasa (4/7/2017).
Ia menambahkan bahwa pelemahan surat utang negara (SUN) yang mengikuti sentimen global juga turut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi.
Di sisi lain, lanjut Rangga Cipta, membaiknya data Amerika Serikat, yakni indeks pembelian manajer (PMI) untuk Juni mencapai 57,8 persen, meningkat 2,9 persen dari angka Mei sebesar 54,9 persen dan yield obligasi AS yang naik juga turut menopang dolar AS.
“Kenaikan yield global masih terjadi dengan optimisme yang muncul di mayoritas negara maju,” katanya.
Sementara itu,analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar cenderung melakukan aksi lepas terhadap aset-aset negara berkembang, termasuk Indonesia menyusul pengetatan moneter di kawasan Eropa, situasi itu berimbas negatif pada pergerakan mata uang Asia lainnya, termasuk Rupiah.
Di sisi lain, lanjut Reza, pelaku pasar uang juga sedang menanti hasil Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), pasar akan mencerna mengenai kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) selanjutnya yaitu kenaikan bunga di tahun ini dan tahun depan. (ant/bry/ipg)