Sabtu, 23 November 2024
Kemeriahan Lebaran Ketupat di Trenggalek

Kupatan khas Trenggalek, Toleransi yang Menginspirasi

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Ilustrasi

Kemeriahan Lebaran Ketupat (kupatan) pada H+7 Idul Fitri di wilayah Durenan, Kabupaten Trenggalek selalu mengundang kenangan sekaligus keasyikan yang mampu membuat siapa saja akan berlama-lama menikmatinya. Tahun ini, kupatan di Durenan akan digelar pada hari Minggu (2/7/2017) besok.

Perayaan kupatan di daerah ini seakan menjadikan jarak antara manusia dan kebahagiaan begitu tipis, nyata dan terasa. Semua bergembira, berdoa bersama dan yang paling penting pulangpun membawa ceria karena perut terasa lega.

Suarasurabaya.net, yang beberapa kali larut mengikuti kemeriahan kupatan di Trenggalek menemukan warga yang merayakan tak hanya penduduk sekitar. Mereka juga berasal dari kabupaten tetangga seperti Tulungagung, Kediri, Blitar, Ponorogo, Pacitan serta daerah lainnya.

Mereka datang dan rela berjalan kaki berdesakan di gang-gang kecil di kawasan Durenan untuk bertamu, serta menyambangi satu persatu rumah penduduk. Tak hanya mereka yang memiliki sanak saudara di Durenan, mayoritas dari tamu tidak saling mengenal dengan pemilik rumah. Tradisi kupatan di Durenan, memang untuk semua, tidak mempedulikan lagi apakah itu tetangga, memiliki garis keturunan, apalagi harus seagama.

Semua saja bisa ikut bergembira, bersalaman dan makan ketupat. Apapun agamanya, akan selalu diterima. Perbedaan warna kulit juga tidak dipersulit; apalagi hanya karena berbeda bentuk mata. Bagi warga Durenan, menerima tamu dan memberi kekenyangan adalah sebuah anugerah dan bentuk syukur berbagi kebahagiaan atas nikmat yang telah mereka dapat.

Ketika kupatan tiba, maka di seluruh rumah di Durenan, akan menyediakan aneka jajanan mulai yang ringan hingga makanan berat khas Trenggalek seperti lodho ayam, lodheh tewel dan tentunya menu utama ketupat berbungkus janur kuning.

Bahkan seiring perkembangan zaman, sajian yang dihidangkan para pemilik rumah di kawasan Durenan tidak hanya ketupat, namun juga ada bakso, rendang, soto, rawon, sate serta makanan lain yang bisa disajikan dengan mengawinkan bersama menu utama ketupat. Semuanya bisa dimakan siapa saja dan gratis tentunya.

Begitulah, dari tahun ke tahun, kupatan di Trenggalek semakin semarak dan diminati oleh banyak orang karena digelar serentak dan masal oleh ribuan warga di sejumlah desa di Kecamatan Durenan.

Begitu antusiasnya menggelar kupatan, beberapa warga yang memiliki ekonomi lebih bahkan rela menyembelih kerbau serta memasang tenda dan kursi di depan rumah untuk tempat para tamu menikmati hidangan ketupat.

Nuansa kupatan sendiri biasanya digelar mulai pukul 07.00 WIB hingga makanan ludes tak berbekas. Artinya, selama makanan belum habis, maka tuan rumah biasanya masih membuka rumahnya untuk diserbu pengunjung. Dan untuk menikmati makanan yang dihidangkan, “pantang” untuk tak menghabiskan apa yang telah diambil di piring.

Sejarah Kupatan Durenan

Durenan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang terletak 15 km sebelah timur dari Kota Trenggalek. Durenan adalah sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulungagung. Durenan juga merupakan jalur utama ke sejumlah kawasan wisata Trenggalek seperti Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih, Karanggongso hingga Guwo Lowo.

Konon, tradisi kupatan dimulai dari Mbah Mesir, seorang ulama karismatik pendiri Pesantren Al Hikam Durenan, yang nama aslinya adalah KH Abdul Mahsir. Semasa hidupnya, Mbah Mesir selalu rutin menjalankan ibadah puasa sunnah syawal atau yang akrab dikenal dengan “nyawal”.

Mbah Mesir biasanya selalu menutup rumahnya mulai lebaran pertama hingga H+6. Dan setelah itu, di hari ke-7 lebaran, dia baru membuka rumah untuk “open house” dengan warga sekitar. Saat open house itu, Mbah Mesir selalu menghidangkan aneka makanan yang harus dihabiskan oleh setiap tamu yang berkunjung.

Tradisi yang dilakukan Mbah Mesin ini, lambat laun diikuti oleh para keluarganya yang kemudian juga oleh masyarakat sekitar. Hingga saat ini, saat Lebaran Ketupat, makam Mbah Mesir juga selalu ramai dikunjungi para peziarah. (fik)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs