Dari 149 orang yang terjaring operasi premanisme, ada seorang pelaku copet dengan modus menyilet saku celana bagian belakang korbannya. Pria asal Waru Sidoarjo terjaring operasi premanisme di Stasiun Wonokromo Surabaya, Selasa (13/6/2017) malam.
Pria berinisial SHD (37) ini sehari-hari mangkal di kawasan Stasiun Wonokromo. Kepada polisi, SHD mengaku membawa sejumlah silet untuk digunakan mencopet.
Sasaran SHD biasanya korban yang tertidur di stasiun saat menunggu jadwal keberangkatan kereta.
“Saya silet sakunya, lalu saya ambil isi sakunya. Kadang isinya uang kadang juga dompet,” ujar SHD di sela rilis hasil ungkap 146 orang diduga preman di Polrestabes Surabaya, Rabu (14/6/2017).
Kepada polisi, SHH mengaku lebih sulit mengiris tas dari pada saku celana. Sebab, bahan tas lebih tebal dan belum tentu pas sasaran pada barang berharga milik korban.
“Sing angel iku nyilet tas (yang sulit mengiris tas),” ujarnya kepada Polisi.
Dia juga mengaku kalau peluang melakukan kejahatan copet pada saat Ramadhan atau menjelang lebaran, karena banyaknya calon penumpang yang ada di stasiun. Dalam aksi kejahatannya dia biasanya mendapat uang Rp100-Rp200 ribu.
“Kadang dapat, kadang tidak. Kalau dapat ya buat makan,” ujarnya.
Sementara itu, Kombes Polisi M Iqbal Kapolrestabes Surabaya tidak akan mentolelir terhadap pelaku kejahatan yang memanfaatkan ramainya aktifitas mudik masyarakat. Pihaknya telah mememerintahkan Satreskrim untuk melalukan razia rutin di tempat-tempat keramaian saat masa mudik lebaran ini.
“Saya perintahkan tindak tegas terukur pada setiap orang yang berani melakukan kejahatan di Surabaya. Warga Surabaya harus aman, Surabaya harus kondusif,” katanya. (bid/dwi)
Teks Foto:
– Barang bukti sejumlah silet yang digunakan pelaku copet di kawasan stasiun Wonokromo.
Foto: Abidin suarasurabaya.net