Jejak penting di sejarah persepakbolaan Indonesia ditorehkan oleh seorang anak asli Medan, Sumatera Utara, bernama Egy Maulana Vikri di Turnamen Toulon 2017 di Prancis.
Melalui Egy, Indonesia yang tidak pernah menang di semua pertandingan Toulon, berhasil membawa pulang gelar individu “Jouer Revelation Trophee”. Prestasi ini membuat pemain yang baru genap berusia 17 tahun pada 7 Juli itu meniru jejak legenda sepak bola Prancis Zinedine Zidane.
Seistimewa itukah penghargaannya? Tentu jawabannya adalah ya. Setidaknya tiga hal yang membuatnya spesial.
Pertama, trofi Jouer Revelation hanya diberikan kepada satu pemain di Turnamen Toulon, yang diikuti para pemain muda berbakat dari berbagai negara, termasuk negara-negara banjir prestasi sepak bola seperti Brazil, Inggris dan Prancis.
Beberapa nama yang pernah menerima penghargaan serupa adalah pemain terbaik dunia tahun 1998 juga legenda Prancis Zinedine Zidane pada tahun 1991 dan salah satu pesepak bola terunggul di muka bumi saat ini dengan empat gelar pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo di tahun 2003.
Kedua, pemain yang menerima penghargaan tersebut adalah sosok yang dianggap paling berpengaruh di tim. Dalam laman resminya, penyelenggara Turnamen Toulon menyebut Egy berhak menyandang gelar “breakthrough player” atau pemain yang bisa memecah kebuntuan tim.
Ketiga, Egy merupakan pemain pertama sepanjang penyelenggaraan Turnamen Toulon yang mendapatkan trofi tersebut meski timnya tak lolos fase grup.
“Saya tidak pernah menyangka mendapatkan penghargaan tersebut karena pada dasarnya saya lebih mementingkan tim. Saya hanya memberikan yang terbaik dan itu bonus bagi saya. Terima kasih untuk semua yang telah mendukung saya,” kata Egy kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) seperti dikutip Antara.
Egy Maulana Vikri memang selalu menjadi andalan pelatih timnas U-19 Indra Sjafri di setiap laga uji coba yang dilewati termasuk di Turnamen Toulon 2017.
Pemuda bertinggi badan 163 centimeter tersebut biasa mengisi pos sayap kanan timnas, meski kaki terkuatnya adalah kaki kiri. Gaya bermainnya, bila bisa dibandingkan, agak mirip pesepak bola Belanda Arjen Robben di Bayern Muenchen.
Di klub Jerman tersebut, Robben yang kidal biasa beroperasi di sayap kanan dan bergerak memotong atau “cutting inside” ke tengah demi menemukan ruang tembak untuk kaki kirinya.
Sekilas tentang Turnamen Toulon, kompetisi ini sudah dimulai sejak tahun 1967 dan pada umumnya mempertandingkan tim nasional usia U-21 dari berbagai negara.
Keikutsertaan Indonesia pada edisi tahun 2017 merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah. Selain itu, timnas U-19 Indonesia, yang diisi para pemain dengan usia paling tua 18 tahun, bisa dikatakan salah satu tim termuda di kejuaraan tersebut.
Turnamen Toulon 2017 diikuti oleh 12 negara yang dibagi dalam tiga grup yaitu Grup A beranggotakan Angola, Kuba, Inggris dan Jepang. Kemudian di Grup B ada Bahrain, Pantai Gading, Prancis, Wales, lalu di Grup C ada Indonesia, Brazil, Republik Ceko dan Skotlandia.
Berprestasi Sejak Belia
Egy, yang bangga menyebut dirinya sebagai anak Asam Kumbang, salah satu kelurahan di Medan, sudah berprestasi di dunia sepak bola sejak usia sangat muda.
Awalnya, dia mengasah kemampuannya mengolah si kulit bundar di Sekolah Sepak Bola Taman Setia Budi Indah (SSB Tasbi). Pada prosesnya, dia pernah membawa Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) Sumatera Utara menjuarai Grassroots Indonesian U-12 Tournament tahun 2012 di Tangerang Selatan.
Kemudian, dia menjadi salah satu bintang di Liga Kompas Gramedia U-14 dan sejak saat itu, namanya rutin mengisi satu pos di lini serang tim nasional dan bahkan pernah menjadi kapten timnas U-16.
Pada tahun 2016, ketika Indonesia yang diwakili ASIOP Apacinti menjadi juara Piala Gothia atau Gothia Cup U-15, yang disebut-sebut sebagai piala dunia-nya kelompok umur pesepak bola muda, Egy berhasil mendapatkan gelar individual sebagai pemain terbaik sekaligus pencetak gol terbanyak di turnamen tersebut dengan 28 gol.
Bersama Imam Zakiri dan Reyhan Syaviano, Egy juga merupakan salah satu pendulang gol pada final Piala Gothia 2016 di Gamla Ullevi, Swedia usai menaklukkan tim tuan rumah IF Elfsborg dengan skor 3-1.
Kemudian, pada akhir tahun 2016, Egy yang membela klub Persab Brebes berhasil membawa timnya menjuarai Piala Soeratin. Mengulang kegemilangan di Piala Gothia, Egy kembali menyandang status pencetak gol terbanyak di Soeratin dengan 22 gol sekaligus pemain terbaik di kompetisi.
Egy sendiri merupakan penghuni sekolah olahraga di Ragunan atau diklat Ragunan. Dari sanalah dia dipanggil mengikuti seleksi dan akhirnya menjadi bagian dari tim nasional U-19 asuhan Indra Sjafri yang dipersiapkan untuk mengikuti Piala U-18 AFF serta kualifikasi Piala U-19 Asia 2018.
Bakat Egy pun tercium oleh klub-klub besar Indonesia. Ketika timnas U-19 melakukan uji coba dengan tim berjuluk Macan Kemayoran itu pada akhir Mei 2017, pelatih Stefano “Teco” Cugurra terpincut dengan permainan pesepak bola yang mengidolakan Lionel Messi tersebut.
“Saya suka pemain timnas bernomor punggung 10. Dia memiliki kaki kiri, teknik dan kecepatan yang bagus,” ujar Teco, merujuk pada Egy yang memang mengenakan seragam bernomor 10 di pertandingan persahabatan tersebut.
Jika bisa mempertahankan atau meningkatkan performanya, tentu Egy bisa menjadi pilar penting bagi Garuda muda di Piala AFF U-18 pada 4-17 September 2017 di Yangon, Myanmar, di mana Indonesia bergabung di Grup B bersama tuan rumah Myanmar, Brunei Darussalam, Filipina dan Selandia Baru.
Selanjutnya, timnas berkompetisi di kualifikasi Piala Asia U-19 2018 pada 31 Oktober-8 November 2017. Pada kejuaraan ini, Indonesia masuk di Grup F, dan nantinya berhadapan dengan Korea Selatan, Malaysia, Timor Leste dan Brunei Darussalam.
Indonesia sendiri adalah salah satu kandidat kuat tuan rumah Piala U-19 Asia. Jika terpilih jadi penyelenggara, timnas tak perlu ikut kualifikasi dan langsung lolos ke putaran final Piala U-19 Asia tahun 2018.
Kalau semua berjalan sesuai rencana dan Indonesia bisa menjadi semifinalis Piala U-19 Asia, Egy serta rekan-rekannya akan otomatis masuk ke Piala Dunia U-20. Tentu itu menjadi impian Egy, impian seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan kerja keras dan sedikit keberuntungan, apa saja bisa terjadi.(ant/ipg)