Martadi Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya mengatakan, harus ada revitalisasi strategi untuk menanamkan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan di Indonesia.
Praktisi pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya ini mengatakan, ada keteledoran sejak era reformasi, yang mana gerakan Pancasila menjadi tidak intens. Padahal di masa sebelumnya, gerakan ini, meski memunculkan perdebatan, selalu ada.
“Misalnya dengan adanya pelatihan Pancasila, juga diwajibkan ada nilai-nilai Pancasila yang ditanamkan dalam setiap ospek (orientasi pengenalan sekolah). Karena itu menurut saya, perlu ada revitalisasi strategi pendidikan Pancasila,” katanya kepada suarasurabaya.net, Kamis (1/6/2017).
Pertama dalam hal pembelajaran. Sudah ada pelajaran Pendidikan Kewarganegaan (PKn), tapi menurut dia, orientasi pembelajarannya harus diubah. Bukan hanya penekanan pada pengetahuan tapi juga pada penerapan nilai-nilai Pancasila.
“Jadi bukan hanya diukur berdasarkan knowledge, lalu ujiannya tes tulis dan sebagainya. Tidak itu. Tapi orientasi harus bergeser pada penerapannya. Karena itu, pembelajaran harus ada,” ujarnya.
Kemudian, kedua, dengan mengintegrasikan dengan mata pelajaran lain yang relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, dalam kegiatan kelompok mata pelajaran tertentu, kelompok itu diarahkan terdiri dari siswa yang beragam.
“Integrasi juga bisa dilakukan dengan kegiataan ekstrakulikuler di sekolah yang memang lebih menekankan penanaman nilai-nilai Pancasila. Tidak melulu tentang pengembangan minat dan bakat,” kata dia.
Ketiga, dengan pembiasaan saat proses belajar mengajar di sekolah. Mulai dari kegiatan upacara yang diikuti seluruh siswa. Kebiasaan saat pagi, hormat kepada guru, berdoa, taat beribadah, dan lain sebagainya.
“Juga penerapannya saat pemilihan ketua kelas, misalnya. Pemilihan itu harus menggunakan prinsip musyawarah mufakat. Sehingga nilai-nilai Pancasila ini mewarnai atmosfir kegiatan di sekolah,” ujar Martadi.
Kesadaraan pembiasaan dengan nilai Pancasila ini juga perlu ditumbuhkan di lingkungan rumah siswa. Menurut Martadi, ini tidak kalah penting. Saat semua strategi di atas sudah dilakukan di sekolah, lingkungannya juga mendukung, maka pemahaman anak-anak tentang nilai-nilai Pancasila akan utuh.
“Kalau di sudah demikian, maka mereka bisa melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara utuh dalam kehidupannya sehari-hari,” kata Martadi.
Ikhsan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya membenarkan, lingkungan siswa sangat menentukan pemahaman siswa mengenai nilai-nilai Pancasila.
Tantangan di era teknologi informasi saat ini, kata Ikhsan, membuat siswa menjadi sasaran banjir informasi yang belum jelas kebenarannya.
“Jangankan anak-anak, kita saja yang sudah dewasa, kadang-kadang masih suka nge-share berita tanpa mengkaji atau mempertimbangkan kebenarannya lebih dulu, kan? Apalagi anak-anak,” katanya.
Tugas orangtua dan guru, menurut Ikhsan, mengkaji dan mempertimbangkan kebenaran informasi sebelum dibagikan kepada orang lain, tetutama kepada anak-anak.
“Termasuk mendampingi dan menjelaskan kepada anak-anak bahwa informasi itu tidak benar, bahwa hal itu tidak sesuai dengan kehidupan bermasyarakat, misalnya,” ujar Ikhsan. (den/bid/rst)