Jumat, 1 November 2024

Indonesia Perjuangkan Pencegahan Kejahatan Perikanan di PBB

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Dubes Dr. Darmansjah Djumala, Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina. Foto: Kemenlu

Indonesia telah lama prihatin terhadap tindak pencurian ikan yang semakin marak di dunia dan terus memperjuangkan berbagai kesepakatan dalam pencegahan terhadap kejahatan transnasional yang sangat merugikan negara dengan wilayah laut kaya ikan.

Dubes Dr. Darmansjah Djumala, Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, menyatakan praktek kejahatan pencurian perikanan mengurangi stok ikan dunia sekitar 90,1 persen.

Zaim A. Nasution Koordinator Fungsi Politik KBRI/PTRI Wina, Minggu (27/5/2017) menyebutkan, Dubes Dr. Darmansjah Djumala terus menyuarakan upaya pencegahan kejahatan perikanan di dalam forum PBB.

Ia mengatakan, jika kejahatan pencurian perikanan dapat ditekan, maka tingkat ekploitasi ikan di Indonesia akan mengalami penurunan, yang pada akhirnya memungkinkan Indonesia meningkatkan stok ikan nasional dan pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor.

Hal ini merupakan bentuk pengejawantahan visi nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, ujarnya.

Kejahatan perikanan berkembang menjadi kejahatan transnasional yang sangat serius dan terorganisir.

Banyak pihak yang melakukan kejahatan pencurian ikan terlibat juga dalam aktifitas kejahatan transnasional terorganisir lainnya seperti pencucian uang, suap, penyelundupan obat-obatan terlarang (narkoba), penyeludupan senjata, perdagangan orang, kerja paksa, kejahatan perpajakan, penyelundupan barang, dan sebagainya.

Memerangi kejahatan transnasional yang terorganisasir tentunya perlu dilaksanakan melalui kerja sama antar negara. Oleh karena itu Indonesia memandang perlu perjuangkan isu ini ke tingkat dunia, utamanya melalui PBB, lanjut Djumala.

“Kita memanfaatkan momentum Sidang CCPCJ (Commission on Crime Prevention and Criminal Justice) ke-26 (22-26 Mei 2017) untuk menyerukan PBB dan masyarakat internasional perlu memberikan perhatian lebih serius terhadap fenomena global kejahatan perikanan,” katanya.

Indonesia berhasil memperoleh dukungan negara-negara friends of fisheries, yakni negara-negara yang memiliki laut yang luas dan legitimate rights untuk mengelola sumber daya lautnya, untuk menyampaikan pernyataan bersama meminta PBB mengedepankan pembahasan isu ini.

Friends of fisheries merupakan kelompok negara (lintas wilayah) yang menaruh keprihatinan terhadap maraknya kejahatan perikanan, seperti Indonesia, Norwegia, Kosta Rika, Ekuador.

Pada kesempatan tersebut Hakim Agung Dr. Salman Luthan Ketua Delegasi Indonesia, menyampaikan pernyataan bersama negara friends of fisheries menegaskan pentingnya masyarakat internasional memberikan perhatian terhadap kejahatan transnasional terorganisir di bidang perikanan. (ant/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Teriknya Jalan Embong Malang Beserta Kembang Tabebuya

Bunga Tabebuya Bermekaran di Merr

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Surabaya
Jumat, 1 November 2024
27o
Kurs