Keberadaan Lembaga Sensor Film (LSF) perwakilan Jawa Timur diharapkan mampu menjawab rumitnya proses penyensoran film-film dari Jawa Timur. Harapan ini diungkapkan Rommy Fibri ketika menghadiri sosialisasi kebijakan dan keberadaan perwakilan LSF Jawa Timur, Kamis (18/5/2017).
“Tiap tahun lebih dari 40 ribu film masuk ke kami di Jakarta dimana 5-7 persennya berasal dari Jawa Timur. Dengan kantor perwakilan di sini bisa mempermudah para pembuat film tidak perlu lagi ke Jakarta,” kata Rommy.
Dari data yang ada, kata Rommy, tahun lalu jumlah film yang masuk LSF mencapai 49 ribu judul; kemudian di tahun 2015 mencapai 45 ribu dan di tahun 2014 mencapai 42 ribu judul.
Selain banyaknya film dari Jawa Timur, keberadaan LSF Jawa Timur diharapkan juga bisa mewadahi konten-konten atau tradisi lokal Jawa Timur. Rommy mencontohkan film Reog Ponorogo yang di dalamnya berisi adegan makan beling, maka bisa dipertimbangkan apakah akan diloloskan atau tidak.
“Bagi masyarakat Jatim reog tanpa makan beling itu kan aneh, tapi bagi daerah lain mungkin dianggap salah. Ini kearifan-kearifan lokal yang mencoba diwadahi dengan hadirnya LSF Jawa Timur,” ujar mantan jurnalis Tempo ini.
Selain itu, dari Jawa Timur juga diketahui banyak lagu-lagu dangdut koplo yang syairnya kadang juga dianggap berlebihan ketika didengar oleh orang dari luar Jawa Timur.
Sementara itu, Rommy juga mengatakan, LSF di Jawa Timur merupakan satu-satunya LSF perwakilan dan diharapkan ke depannya juga akan lahir LSF di provinsi lain. (fik/rst)