Sabtu, 23 November 2024

Warga Penghuni Bangunan Jetis Kulon Bingung Cari Tempat Tinggal Baru

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Uyik (46) warga terdampak pembongkaran bangunan Jalan Jetis Kulon asal Malang, yang sehari-hari mengamen, mengaku bingung mencari tempat tinggal baru. Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Para penghuni bangunan di Jalan Jetis Kulon hanya bisa pasrah, saat 450 rombongan petugas gabungan menghancurkan tempat tinggal mereka yang berdiri di lahan PT KAI maupun lahan Pemkot Surabaya, Selasa (16/5/2017).

Sebagian dari mereka membongkar sendiri bangunan semi permanen masing-masing dan menyelamatkan barang-barang yang mereka butuhkan.

Sebagian bahkan mengambil seng bekas bongkaran bangunan, atau sisa material bangunan yang masih laku dijual untuk menambah ongkos mencari tempat tinggal baru.

Nurdi warga yang tinggal di Jetis Kulon Pertolongan mengatakan, sosialisasi pembongkaran bangunan ini memang sudah disampaikan Pemkot Surabaya beberapa waktu sebelumnya.

“Kalau soal keberatan, ya keberatan. Mereka (penghuni bangunan) ini kan tidak punya tempat tinggal lagi,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, saat pembongkaran berlangsung.

Dia sebagai warga setempat yang bertetangga dengan para penghuni bangunan terdampak menyayangkan, tidak semua bangunan milik PT KAI di jalan Jetis Kulon dibongkar.

“Kalau memang sama-sama tinggal di PT KAI, itu kan masih ada yang berdiri, seharusnya dibongkar semua. Biar tidak ada yang gelo (nelangsa),” katanya.

Nurdi juga masih bertanya-tanya soal sosialisasi rusunawa bagi warga terdampak pembongkaran. “Katanya ada, tapi enggak tahu lagi,” ujarnya.

Sebagian warga penghuni bangunan terdampak memang bingung mencari tempat tinggal baru. Uyik (46), ibu tangga asal Malang yang sehari-hari mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidup mengaku pasrah.

Tadi pagi, sebelum pembongkaran bangunan dimulai, dia pergi bersama beberapa orang kerabatnya yang tinggal dalam satu bangunan, mencari kontrakan baru.

“Tadi pagi saya cari kontrakan, balik ke sini rumahnya sudah hancur. Ya, cuma bisa menyelamatkan alas tidur, barang, sama pakaian yang bisa diselamatkan,” katanya.

Uyik, pascapembongkaran bangunan itu, duduk termenung di tengah reruntuhan bangunan.

Sementara, di hadapannya, para petugas Satpol PP dan Linmas merapikan material bangunan yang tersisa.

Uyik mengaku, sudah empat tahun tinggal di bangunan itu bersama enam keluarganya yang lain. “Saya tidak tahu mau kemana lagi,” katanya.

Dia berencana, untuk sementara waktu bertahan di sisa reruntuhan bangunan sampai mendapatkan tempat tinggal baru untuk dirinya dan keluarganya.

Dia mengaku cukup beruntung, bisa menyelamatkan barang-barang dan beberapa pakaian, terutama sebuah kotak berisi ukulele yang biasa dia gunakan untuk mengamen.

“Kami di rumah ini memang mengamen semua. Ya, mau bagaimana lagi. Bisanya mencari kontrakan lain untuk tidur,” katanya.

Tomi Ardiyanto Camat Wonokromo mengatakan, memang pada awal pendataan penduduk di bangunan tersebut, Pemkot Surabaya akan menyiapkan rusunawa bagi warga terdampak.

“Tapi pada proses pendataan, ternyata mereka ini kan sebagian besar bukan warga Surabaya. Kami tidak bisa melakukan intervensi,” ujarnya.

Biasanya, Pemkot Surabaya akan mengarahkan warga terdampak pembebasan, untuk pedagang ke Sentra PKL, sedangkan untuk yang tidak punya tempat tinggal, ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Hasil pendataan oleh Pemkot Surabaya, dari puluhan warga penghuni 74 bangunan di lahan bantaran rel kereta api itu, hanya dua orang saja yang merupakan warga Surabaya.

Dari, Kabid Ketertiban Umum dan Ketenteraman Satpol PP Surabaya mengatakan, Pemkot Surabaya akan mengambil kebijakan memulangkan mereka ke daerah asalnya.

“Karena sebagian besar bukan warga Surabaya. Ya nanti kami pulangkan ke daerah masing-masing,” ujarnya. Hanya saja, Dari belum bisa menyebutkan, kapan mereka akan dipulangkan.

Perlu diketahui, pembebasan lahan di Jalan Jetis Kulon ini berkaitan dengan kelanjutan proyek Frontage Road (FR) Barat.

Dinas PU Bina Marga dan Pematusan telah siap melanjutkan proyek ini setelah menemukan rekanan pemenang lelang pengerjaannya, sekitar dua minggu lalu.

Sementara, pemindahan pos perlintasan kereta api di depan Rumah Sakit Islam (RSI) Wonokromo, sampai saat ini masih dalam tahap lelang oleh Dishub Kota Surabaya.

Pemindahan pos palang pintu perlintasan KA ini bertujuan agar tidak lagi terjadi bottle neck kendaraan dari Royal Plaza menuju ke Jalan Raya Wonokromo di perlintasan depan RSI.(den/ipg)

Teks Foto:
– Nurdi warga Jetis Kulon Pertolongan yang menyesalkan, pembongkaran bangunan untuk FR Barat seolah tebang pilih. Masih ada bangunan di lahan PT KAI yang tidak dibongkar.
Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs