Para pengusaha ritel di Jawa Timur sebenarnya memprediksi akan ada perbaikan kondisi ritel di kuartal pertama 2017, yakni selama Januari hingga April 2017.
Namun, prediksi ini meleset. Kondisi ritel pada kuartal pertama 2017 hingga April, tidak sesuai harapan. Padahal, peritel berharap, ada peningkatan penjualan pada kuartal pertama 2017 dibandingkan 2016 lalu.
Donny Kurniawan, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jatim mengatakan, sebenarnya jumlah pengunjung pusat perbelanjaan tidak berubah.
“Yang datang sih sama (jumlahnya). Tapi basket item-nya turun. Misalnya, biasanya sekali belanja Rp100 ribu, sekarang Rp80 ribu. Penyebabnya apa, kami belum bisa memastikan,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Secara spesifik, dia menjelaskan, ada pergeseran pilihan merek barang di masyarakat. Kalau sebelumnya mampu membeli barang-barang merek first liner (pemimpin pasar), sekarang bergeser ke second liner
Dia menduga, kondisi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia, berpengaruh pada kondisi ekonomi nasional sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Menurutnya, hal ini terasa di semua lini. Tidak hanya ritel.
“Teman-teman saya di logistik juga merasakan. Menurut saya, semua merasakan ini. Orang sekarang berpikir, enggak usah neko-neko. Beli merek yang biasa-biasa saja asal kebutuhan terpenuhi,” ujarnya.
Kecemasan peritel ini bertambah ketika ada kebijakan dari pemerintah menekan inflasi dengan membatasi harga barang kebutuhan pokok masyarakat. Seperti gula.
“Ada imbauan, harga gula di pasar per 1 kilogram Rp12.500. Tapi supplier belum bisa memberikan harga sesuai imbauan pemerintah itu. Ya akhirnya kami tidak jualan. Jual yang curah-curah saja,” katanya.
Soal tindak antisipasi dari Aprindo, Donny mengatakan koordinasi antarperitel memang terus dilakukan. Tapi menurutnya, para pengusaha masih wait and see untuk mengambil langkah.
Donny mengaku setuju dengan penekanan harga gula untuk menekan inflasi. Menurutnya, kebijakan ini sangat positif. Tapi dia berharap, ada kebijakan pendukung lainnya.
“Itu oke. Tapi kami berharap, ya mungkin ada subsidi dari pemerintah. Atau ada imbauan, bila Supplier bisa menerapkan harga sesuai imbauan akan ada reward. Kan bisa begitu,” katanya.
Sebagai masyarakat umum. Donny mengaku turut merasakan kondisi ekonomi saat ini. “Saya pun kalau belanja di luar juga ngerem kok,” ujarnya lalu tertawa.
Paket kebijakan pemerintah untuk menekan inflasi, yang baru ditetapkan, dia sadari baru akan terasa hasil mungkin pada kuartal berikutnya. “Ya, kami akan menunggu, sambil harap-harap cemas, ya,” katanya.
Selaku pebisnis ritel, pemilik Pusat Perbelanjaan Bilka ini berharap ada stimulus yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat.
“Ya, kalau bisa lebih sering menggelar gebyar pasar murah, melibatkan kami para pengusaha ritel,” katanya.(den/ipg)