Sabtu, 23 November 2024

Sambang Museum Sambut Hari Museum Internasional

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara tradisi Suku Asmat tentang kematian seperti yang dikelola Pusat Kajian Etnografi Universitas Airlangga. Foto: Dok suarasurabaya.net

Sambang Museum digelar House of Sampoerna sebagai bagian memperingati Hari Museum Internasional 18 Mei, yang ditandai dengan sejumlah kegiatan mulai 2 Mei hingga 1 Juni 2017.

Hari Museum Internasional diperingati setiap 18 Mei oleh entitas museum di seluruh dunia dengan beragam kegiatan yang tidak hanya menggiatkan masyarakat untuk berkunjung, namun juga mendorong museum sebagai jendela informasi khususnya bagi generasi muda.

Menjalankan fungsi museum sebagai tempat pendidikan yang menyenangkan, konservasi, dan preservasi, House of Sampoerna menggelar rangkaian program edukatif Sambang Museum yang digelar di Museum House of Sampoerna dan sejumlah museum lain di Surabaya.

Mendukung tema Hari Museum Internasional 2017; Sampaikan yang Tak Terucap di Museum (Saying the Unspeakable in Museums), HoS dan Museum Etnografi (dikelola Pusat Kajian Etnografi Universitas Airlangga) mengajak pengunjung melihat tradisi penguburan yang unik di Indonesia.

Kematian kerap dianggap sebagai sebuah petaka, dan akhir kehidupan, yang ditanggapi dengan rasa sedih, bahkan ketakutan.

Bagi sebagian suku di Indonesia, kematian justru dianggap sebagai suatu tahap yang membuka pintu perjalanan menuju kehidupan lain, karena itulah berbagai prosesi diselenggarakan sebagai penghormatan dan ungkapan kasih sayang keluarga yang ditinggalkan kepada mendiang.

Seperti tradisi pada Suku Asmat yang tidak mengenal tradisi penguburan, jenazah akan diletakkan di atas para-para (anyaman bambu) di ruangan terbuka yang terpisah dengan areal pemukiman, hingga membusuk.

Kelak tulang belulangnya akan disimpan, sedangkan tengkoraknya akan diambil untuk dihias sedemikian rupa dan dipergunakan selayaknya bantal tidur sebagai tanda cinta kasih pada mendiang.

Pada Suku Bali Aga di Desa Trunyan, alih-alih mengkremasi jenazah dengan upacara Ngaben seperti umumnya dilakukan masyarakat Hindu Bali, suku yang tinggal di pulau tengah Danau Batur ini melaksanakan tradisi Mapesah.

Dalam Mapesah, jenazah akan diletakkan di atas tanah di bawah pohon Taru Menyan yang mengeluarkan aroma harum, dan hanya ditutup dengan kain serta bilah-bilah bambu yang disusun membentuk prisma saja.

Bau harum dari pohon Taru Menyan konon dipercaya oleh masyarakat mampu menetralisir bau tidak sedap yang dihasilkan dari proses dekomposisi jenazah tersebut.

Tengkorak Berhias Suku Asmat dan Kerangka Manusia dari Desa Trunyan menjadi koleksi asli yang dipamerkan, bersama koleksi miniatur Waruga (peti kubur Minahasa) dan replika jenazah Manene pada ritual mayat berjalan dari Toraja.

Sedangkan program tematik Mlaku-mlaku nang Museum yang dihelat Surabaya Herritage Track (SHT) mengajak masyarakat mengeksplorasi serta melihat Kota Surabaya saat ini melalui ragam koleksi unik dan bersejarah Museum Kesehatan dr. Adhiyatma MPH, Museum Perjuangan 10 November, dan Museum Loca Jala Çrana.

Museum Perjuangan 10 November diresmikan tahun 2000 didirikan sebagai penghormatan atas keberanian Arek-Arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada pertempuran 10 Nopember 1945.

Berlokasi di dalam kompleks Tugu Pahlawan, museum ini memiliki berbagai koleksi yang menarik diantaranya rekaman asli pidato Bung Tomo yang berapi-api dan membangkitkan semangat juang Arek-Arek Suroboyo dimasa itu.

Museum Kesehatan dr. Adhiyatma, MPH., merupakan bentuk upaya pendidikan bangsa dalam bidang kesehatan dan diresmikan September 2014 lalu secara umum menggambarkan upaya manusia untuk menjaga kesehatan serta alat-alat yang digunakan dalam proses penyembuhan penyakit.

Museum Loca Jala Çrana berada dipusat pendidikan Angkatan Laut, museum yang didirikan pada 19 September 1969 ini semula bernama Museum AKABRI Bagian Laut dan diperuntukkan hanya bagi para Taruna AKABRI Bagian Laut sebagai media pembelajaran tentang sejarah TNI AL semasa revolusi fisik.

Museum Loca Jala Çrana menyuguhkan beragam koleksi terkait perkembangan dan perjuangan TNI di bidang matra laut, diantaranya adalah meriam kapal HRMS De Zeven Provencien, perahu Kapten Pahlawan Laut, artileri pertahanan udara, helikopter dan, terutama, planetarium yang dapat dinikmati sebagai pengetahuan mengenai panduan navigasi pelayaran.

“Untuk jadwal tour Mlaku-mlaku nang Museum dapat dilihat langsung di House of Sampoerna. Sebaiknya memang melihat jadwal terlebih dahulu kemudian melakukan rencana ikut tour ke sejumlah museum itu,” terang Rani Anggraini manager museum house of sampoerna, Jumat (5/5/2017).(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
30o
Kurs