Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebenarnya sebuah kecerdasan yang dibuat dari kecerdasan manusia dan hewan.
“Jaman kita dulu computerized tapi dia multiple intelegence,” kata Tiyo Avianto CEO Cubeacon.
Tiyo mencontohkan, saat ini toko online yang sudah mulai banyak dikembangkan. Lebih dari sekadar mesin penjawab, dia bisa menyesuaikan siapa yang diajak berkomunikasi.
“Kalau sampai memberikan advice dan analisa bisa saja, tergantung developernya mengembangkan seperti apa. Seperti manusia, dia juga butuh pattern, dia bisa kalau diajari,” ujar dia.
Lalu aktivitas-aktivitas apa saja yang bisa digantikan oleh AI ini, kata Tiyo, mulai perbankan, asuransi dan media. Untuk asuransi dan perbankan, dia bisa menilai apakah bisa di-ACC berdasarkan risetnya dia untuk transaksi dan data calon nasabah.
Kalau untuk media, kata dia, bisa mengambil semua viral news, mana yang hoax dan mana konten yang benar-benar valid. “Dia akan bisa nulis berita baru, mengurangi kesalahan yang bisa dibuat manusia karena kejenuhan kerja,” katanya.
Kata Tiyo, machine learning bisa dilakukan jika seorang developer sudah menentukan sumber dan parameternya. Bukan hal krusial tapi sangat dibutuhkan untuk menentukan hasil selanjutnya. Jika data sudah ditanam dulu maka dia bisa melakukan kegiatan yang dimaksud.
“Misalnya robot jadi penyiar bisa saja. Dia bisa mengubah suara jadi teks, dicocokkan ke database, diubah ke teks dan dikeluarkan dalam bentuk suara lagi,” ujarnya.
Meskipun demikian, robot tetap beda dengan manusia karena tidak punya hati. Kegiatan yang bisa mereka lakukan, kegiatan yang sifatnya berulang-ulang. (dwi/ipg)