Himpunan Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Petra (UK Petra) menggelar kompetisi Earthquake Resistance Design Competition (ERDC) 2017 yang menjadi bagian dari Petra Construction Expo (PEC).
Bertema: Prepare Because We Care, kegiatan ini diharapkan para mahasiswa lebih peduli pada bangunan dan dunia teknik sipil. Konsep lomba sendiri lebih fokus pada bagaimana seorang kontraktor membuat bangunan tinggi yang tahan terhadap gempa.
Jika gempa biasanya terjadi hanya dalam waktu beberapa detik, maka peserta diajak untuk membangun bangunan tinggi yang tahan beberapa waktu terhadap gempa. Jadi, bangunan tersebut dapat menyelamatkan kehidupan manusia yang ada di dalam bangunan tersebut.
Ini didasarkan pada fenomena saat terjadinya gempa, pada bangunan tinggi kemudian diikuti dengan banyaknya korban jiwa.
“Contohnya gempa yang terjadi di Taiwan. Ketika gempa terjadi, bangunan tinggi di Taiwan seketika runtuh saat itu juga. Dan manusia dalam bangunan tersebut tidak punya waktu melakukan penyelamatan diri,” kata Jesika ketua Panitia ERDC 2017.
Lebih jauh Jesika menjelaskan, bahwa panitia pada lomba kali ini ingin membuat sebuah perubahan. “Kami ingin menciptakan bangunan tinggi dengan struktur yang berkualitas,” tambah Jesika.
Peserta dituntut fokus dalam dua poin utama yakni pada struktur bangunan dan rancangan anggaran bangunan (RAB). Peserta diajak membuat struktur bangunan dengan bahan yang kuat, desainnya bagus, dan cara yang tepat.
Selain itu, rancangan anggaran bangunan ini menjadi penting karena kontraktor yang profesional adalah mereka yang membangun sebuah bangunan dengan anggaran yang tepat, benar, dan tidak curang.
Pada akhirnya, seorang kontraktor akan membangun bangunan tinggi yang paling tidak dapat menyelamatkan manusia ketika terjadi gempa, bangunannya tidak mudah runtuh.
Terdapat 53 tim (1 tim maksimal 3 orang) dari mahasiswa seluruh Indonesia yang mendaftar. 53 tim yang mendaftar ini ada yang berasal dari NTB, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jogjakarta.
Tim ini pada awalnya diminta untuk mengirim maket sebuah bangunan tinggi dengan luas 20×20 dan 12 lantai. Ditahap eliminasi, maket tersebut akan diuji menggunakan mesin getar. Tujuannya untuk menguji apakah bangunan tersebut tahan gempa.
Sekurangnya 12 maket yang lolos pada tahap eliminasi dan melaju ke babak final. 12 tim yang lolos ini berasal dari Universitas Kristen Petra, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Institut Teknologi Nasional Malang, dan 17 Agustus 1945 Surabaya.
Pada babak final, terdapat kriteria penilaian yang lebih ketat dari sebelumnya. Pemenang akan ditentukan dari ketahanan bangunan setelah diuji mesin getar. Frekuensi getaran sama seperti tahap eliminasi.
“Saya ikut lomba ini untuk memacu diri bersaing dengan mahasiswa sipil di indoensia. Ingin membuat bangunan yang tahan gempa untuk masa depan. Harapannya, Indonesia memiliki bangunan tinggi yang tidak mudah runtuh,” kata Theo peserta dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.(tok)