Sabtu, 23 November 2024

Yenny Wahid Kunjungi Dahlan Iskan

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Yenny Wahid Direktur Eksekutif Wahid Institute bersama Dhohir Farisi suaminya, dan Dahlan Iskan, terdakwa pelepasan aset PT Panca Wira Usaha (PWU), Jumat (14/4/2017). Foto: Bruriy suarasurabaya.net

Yenny Wahid Direktur Eksekutif Wahid Institute bersama Dhohir Farisi suaminya, memberikan dukungan moril terhadap Dahlan Iskan, terdakwa pelepasan aset PT Panca Wira Usaha (PWU).

Yenny mengenang hubungan antara Dahlan dengan warga Nahdliyin. Salah satunya, saat Dahlan menahkodai Nusumma, bank milik Nahdlatul Ulama.

“Sebenarnya, kemarin (saat Dahlan membaca pleidoi) ingin datang. Tapi ada urusan di Jakarta, jadi baru bisa datang sekarang,” kata Yenny, Jumat (14/4/2017).

Yenny menceritakan awali berdirinya Nusumma pada 1990 oleh PB Nahdlatul Ulama. Saat itu yang menjadi inisiator adalah Abdurrahman Wahid Ketua Umum PBNU dan Bank Summa milik konglomerat muda Edward Soeryadjaya.
Dahlan ingat betul, saat itu ada sembilan Nusumma yang didirikan di Indonesia. Namun, dua tahun kemudian Bank Summa kolaps.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Gus Dur menghubungi Dahlan. Presiden Indonesia keempat itu bertanya pada Dahlan, apakah bersedia meletakkan uangnya sekitar Rp6 miliar di Nusumma. Tujuannya, supaya orang-orang NU yang menabung bisa mengambil uang untuk lebaran,

“Waktu itu, saya samina wa athona (saya mendengar, saya taat) sama Gus Dur. Dahlan sebenarnya tidak mempermasalahkan uang tersebut saat Gus Dur mengatakan segera mengembalikan uang setelah lebaran,” ucap Yenny.

Namun, beberapa bulan kemudian Gus Dur menelepon dan mengatakan uang tidak bisa dikembalikan. Sebagai gantinya, Dahlan diminta untuk menjadi pemegang saham menggantikan Edward sekaligus Direktur Utama Nusumma. Bapak dua anak itu menyetujui asalkan Gus Dur menjadi komisaris utama. Setelah itu, Nusumma menjadi besar dan bisa memberikan deviden. Hingga menjelang reformasi, Edward ingin kembali menjadi pemegang saham Nusumma.

“Gus Dur telepon lagi, boleh tidak saham saya dibalikin. Saya pasrah, samina wa athona karena sejak awal memang tidak ingin menjadi dirut atau pemegang saham,” kenangnya.

Setelah itu, Dahlan dan Edward bertemu untuk menyelesaikan urusan perpindahan saham. Edward mengeluarkan cek dari tasnya, menulis nominal Rupiah, dan menyobeknya untuk diserahkan ke Dahlan. Namun, cek miliaran Rupiah tersebut ternyata tidak bisa dicairkan hingga kini. Dahlan sendiri tidak mempermasalahkan itu. “Itu tidak terlalu penting. Tapi, kenapa Nusumma jadi tidak berkembang,” kata Yenny.

Saat ini, Yenny dan Dhohir sedang memperkuat Nusumma lagi. Ada banyak peninggalan utang sejak dilepas Dahlan ke Edward Soeryadjaya. Mereka ingin membesarkan Nusumma karena sudah diserahkan BPR ke Yenny. “Di Jawa Tengah saat ini sudah kuat,” kata Dhohir.

Usai mengenang Nusumma, Yenny mengatakan Dahlan Iskan memang sosok yang kreatif. Suka berpikir out of the box dan menembus batas. Yenny juga menyebut Dahlan sebagai sosok ulet. Semangat entrepreneur-nya selalu hidup. Itu yang membuat Dahlan bisa sukses. “Orang-orang seperti Dahlan sangat dibutuhkan negara kita karena bisa mendorong kemajuan,” tuturnya.

Terkait proses hukum Dahlan, Yenny berharap, proses peradilan tersebut membawa semangat keadilan. “Supaya bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat akan sistem hukum yang betul-betul adil, dan terbebas dari berbagai intervensi,” katanya.(bry/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs