Sabtu, 23 November 2024

Air Mata Menitik Saksikan Sengsara Yesus

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Yesus setelah disiksa memikul sendiri Kayu Salibnya. Foto: Totok suarasurabaya.net

Saat Yesus disiksa dan didera oleh sejumlah prajurit, penampilan visualisasi para pemuda-pemudi Katolik (Mudika) Gereja Redemptor Mundi memang patut diacungi jempol. Pemukulan dan penyiksaan seperti sesungguhnya. Dan sosok pemeran Yesus yang penuh penghayatan penuh persaaan memainkannya.

“Rasanya bisa seperti ikut mengalami derita dan duka Yesus saat disiksa itu. Sebagai manusia, seringkali kita langsung sambat ketika cobaan, penderitaan kita alami. Yesus mau menderita dan berkorban buat kita semua. Siksaan dan kerelaannya berkorban itu tauladan,” ujar Meyrina satu diantara umat.

Lalu dengan tissue, kembali Meyrina menghapus lelehan air yang mengalir dari sudut-sudut matanya. Bahkan, saat Yesus memanggul Kayu Salib lalu terjatuh, dan Kayu Salib itu menimpa tubuh Yesus, Meyrina tak kuasa menyaksikan peristiwa itu. Hanya menunduk dan menyeka air matanya.

Christina Wijaya yang hadir bersama keluarga, mengaku tak berani melihat adegan-adegan penyiksaan Yesus dalam visualisasi via dolorosa yang ditampilkan dialtar gereja Katolik Redemptor Mundi, Jumat (14/4/2017) sebagai bagian dari Jalan Salib.

“Mendengar rintihan Yesus saat disiksa sebelum memanggul Kayu salibnya saja sangat menyedihkan. Ini cuma visualisasi, bisa dibayangkan bagaimana penderitaan Yesus yang sesungguhnya ketika itu. Ikut sedih melihat adegan-adegan kisah sengsara Yesus,” terang Christina.

Visualisasi yang ditampilkan para mudika Gereja Katolik Redemptor Mundi pada kisah sengsara Yesus sebelum wafat, lengkap dengan penyiksaan, dan penyaliban tubuh Yesus diatas Kayu Salib. “Meskipun tidak dipaku beneran, suara palu dan paku sudah mengerikan,” ujar Veronika.

Veronika mengaku pernah membaca kisah sengsara Yesus sebagai bagian dari perayaan Paskah. Bahkan menurutnya sejak kecil sudah mendengar cerita itu saat mengikuti sekolah Minggu. Dan setelah kuliah Veronika mengaku baru memahami makna dari sengsara Yesus tersebut.

“Tiap tahun, memang ditampilkan. Tapi tiap tahun juga perasaan sedih itu muncul tiap kali menyaksikan dan mendengar kisah sengsara Yesus. Terlebih saat Yesus akan disalibkan. Yesus mengalami penderitaan dan disalibkan, menyedihkan,” ujar Veronika sambil melap air matanya dengan sapu tangan.

Visualisasi kisah sengsara Yesus sebelum wafat di Kayu Salib atau juga disebut sebagai via dolorosa memang menjadi bagian dari pelaksanaan Jalan Salib menjelang perayaan Paskah oleh umat Katolik. Dan Jalan Salib sendiri merupakan bagian tidak terpisahkan menjelang Paskah.

“Semoga visualisasi Jalan Salib atau kisah sengsara Yesus hingga wafat di Kayu Salib ini bisa menjadi bagian mengigatkan manusia bahwa kerelaan Yesus menjadi penebus dosa manusia tidaklah sia-sia dan diharapkan kita semua meniru dan menauladani Yesus,” pungkas Romo Adrian pemimpin misa Jalan Salib di gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya.(tok/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs