Sabtu, 23 November 2024

Studi Maskulinitas Jarang Diteliti, Dosen Ini Jadi Salah Satu Pionernya

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Nur Wulan, Ph.D., jadi salah satu pionir riset studi maskulinitas. Foto: Humas Unair

Nur Wulan, Ph.D., pakar gender Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya mengatakan, studi maskulinitas menjadi suatu fokus penelitian yang masih jarang sekali diteliti.

Menurut Wulan, sebagian besar orang masih belum menyadari kesetaraan laki-laki dan perempuan. Tak mungkin kesetaraan gender diperoleh jika hanya perempuan saja yang diberdayakan tanpa menyinggung maskulinitas.

“Percuma saja jika tidak menyentuh ranah itu, karena sampai sekarang yang membuat kebijakan adalah kaum laki-laki. Perubahan nasib seorang perempuan bisa terjadi jika didukung dengan perubahan kebijakan,” kata pengajar Studi Asia Tenggara ini.

Dengan pertimbangan itu, dia mengambil tantangan untuk meneliti hal tersebut saat menyelesaikan pendidikan doktor di Universitas Sydney, Australia. Perempuan kelahiran Malang ini kemudian meneruskan fokus maskulinitas sampai saat ini. Dalam prosesnya, Wulan juga menggandeng banyak pihak antara lain peneliti maskulinitas, dan mahasiswanya untuk terlibat dalam aktivitas penelitiannya.

Wulan merasakan tantangan kesulitan menemukan referensi saat ia menyelesaikan disertasinya sebelum tahun 2011 lalu. “Kebanyakan peneliti lebih kepada studi perempuan baik feminisme maupun femininitas. Isu mengenai laki-laki yang dipresentasikan sangat sedikit yang membahas,” kata dosen Sastra Inggris itu.

Dia memaparkan, pada zaman 1980-an adalah rezim di mana femininitas dan gerakan feminisme sangat sering diperbincangkan di bumi bagian Barat. Mulai tahun 1960-an banyak gerakan feminisme di Barat. Hal ini membuat masyarakat lebih suka menguak bagaimana peran seorang perempuan dibandingkan laki-laki. Pada zaman itu, orang mulai sadar perempuan harus diberdayakan.

Sumber penelitian yang masih sedikit, membuat peneliti yang berkecimpung dalam studi maskulinitas harus menjadi pioner bagi peneliti yang akan datang, karena minimnya jumlah peneliti di bidang tersebut di Indonesia.

“Istilahnya seperti babat alas. Masih pionir dan harus memberi arahan yang tepat untuk penelitian selanjutnya,” ujar Wulan yang saat ini sedang meneliti tentang representasi maskulinitas pada sastra anak Indonesia sejak masa kolonial sampai masa reformasi.

Master lulusan Universitas Auckland ini menuturkan, tujuan hasil risetnya adalah kesadaran kaum lelaki untuk mendukung kesejahteraan perempuan.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs