Muhaimin Iskandar Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengatakan banyak hal yang bisa dijadikan teladan kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Presiden ke IV RI. Salah satu diantaranya adalah menjadikan ajaran tauhid (agama) sebagai laku politik.
“Ada beberapa ciri kepemimpinan Gus Dur. Hal itu adalah berlandaskan tauhid (Ketuhanan), kerakyatan dan kemanusian. Dalam hal ini jelas Gus Dur tidak memisahkan agama dengan politik. Agama malah menjadi rambu sekaligus pemandu langkah politik,” kata Muhaimin dalam acara diskusi “Sekolah Kepemimpinan Gus Dur” di Kantor DPP PKB, Jakarta, Minggu (26/3/2017).
Menurut Muhaimin, ciri kepemimpinan Gus Dur itu melekat di benak publik hingga sekarang. Memperjuangkan nasib rakyat kecil yang menjadi khittah-nya tak bisa diingkari telah menjadikan Gus Dur menjadi bapak bangsa yang akan terus dikenang.
“Bukti itu terlihat sangat jelas. Semenjak beliau wafat pada tahun 2009 lalu hingga sekarang makamnya selalu diziarahi begitu banyak orang tanpa putus selama 24 jam. Adanya fenomena ini maka jelas menjadi fakta bahwa sosoknya begitu melekat ke dalam sanubari rakyat. Meski hanya 22 bulan menjadi presiden, Gus Dur ternyata mampu memberikan jejak kepemimpinan kepada bangsa kita ini,” ujarnya.
Senada dengan Muhaimin, Luhut Binsar Panjaitan Menko Kemaritiman mengatakan salah satu sisi kepemimpinan Gus Dur yang menjadi warisan bagi bangsa Indonesia sampai sekarang adalah kemampuannya di dalam mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Gus Dur hadir mampu melihat hubungan manusia dan bangsa ini secara utuh.
“Gus Dur tidak meninggalkan warisan kebendaan yang banyak. Bahkan dia termasuk sosok presiden yang hidupnya paling sederhana. Saya lihat sendiri kalau dia punya sesuatu pasti langsung dibagi-bagikan kepada yang lain. Beliau betul-betul bisa melaksanakan Islam sebagi penegak ke Indonesiaan dan Islam sebagai rahmatan ll`alamin,” kata Luhut.
Sebagai sahabat dekat, Luhut juga menilai, Gus Dur adalah satu-satunya presiden yang paling miskin di dunia.
Dia dikenang karena selama hidupnya banyak membantu menyelamatkan orang-orang teraniaya tanpa melihat warna baju, suku dan agamanya. Itulah Gus Dur.
“Kalau masih mengkotak-kotakkan diri dan ingin mementingkan golongannya sendiri, jangan mengaku murid Gus Dur,” kata Luhut. (jos/dwi)