Sabtu, 23 November 2024

Aksi Kemanusiaan ACT Bantu Kelaparan Somalia

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Masyarakat di wilayah Sudan selatan yang terancam kelaparan akibat kekeringan panjang. Foto: Aksi Cepat Tanggap

PBB menyatakan 20 juta jiwa menderita kelaparan akut di Sudan Selatan, Yaman, Nigeria, dan Somalia pada pertengahan Februari lalu.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) menjawab alarm krisis kekeringan dan kelaparan di empat negara tersebut dengan mengirimkan Action Team mendistribusikan bantuan kemanusiaan. Seremonial pelepasan Action Team tersebut diselenggarakan di Jakarta.

“Dalam setahun ini, ACT fokus pada upaya penyelamatan dengan memberikan bantuan pangan mencegah kematian massal di negara-negara yang terdampak kekeringan dan kelaparan paling parah. Secara bergelombang, ACT akan mengirimkan tim logistik,” terang Ahyudin, Presiden ACT.

Sebelumnya, ACT telah mengirimkan Tim Kemanusiaan ke Somalia untuk mendistribusikan bantuan pangan bagi 900 pengungsi internal di Mogadishu, ibukota Somalia. Rencananya, Tim Kemanusiaan (Action Team) untuk Yaman, Sudan Selatan, dan Nigeria diberangkatkan pekan ketiga Maret.

“Kami mempersiapkan dana sebesar 5 milyar rupiah untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ini. Insya Allah, dalam dua bulan ke depan, kami juga kirimkan kapal kemanusiaan membawa 10 ribu ton bantuan pangan,” tambah Ahyudin.

Sementara itu, Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT, juga menjelaskan bagaimana ACT berkomitmen memberikan solusi bagi tingginya krisis kelaparan di empat negara tersebut.

Menurut Syuhelmaidi, krisis kelaparan ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu konflik dan kekeringan akut. Kurangnya air bersih, imbuh Syuhelmaidi, menjadi pemantik kulminasi bencana kelaparan tersebut.

“Oleh karena itu, kami juga berencana jangka panjang mengatasi krisis pangan dan air bersih di negara-negara tersebut. Tingginya krisis pangan dibeberapa negara, seperti Somalia, berakar pada kurangnya air bersih. Kami pun berusaha menyediakan sumur bagi mereka warga yang terdampak kekeringan dan kelaparan di sana,” ujar Syuhelmaidi.

Bencana kemanusiaan memang menimbulkan derita bagi mereka yang terdampak. Namun di sisi lain, hal tersebut menjadi momentum bagi warga dunia untuk mempertajam empati dan bersama memberikan solusi nyata untuk krisis kemanusiaan yang tengah menggerus dunia saat ini.

“Semoga tim kemanusiaan yang berangkat ke lokasi-lokasi yang sedang terancam kelaparan akut ini bisa terwujud kinerjanya untuk membantu masyarakat disana. Semoga komitmen kepedulian ini mampu menjadi solusi nyata atas apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar selama 70 tahun terakhir,” pungkas Syuhelmadi dalam siaran persnya untuk suarasurabaya.net, Senin (20/3/2017).(tok/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs