Warga Timor Leste beramai-ramai menghadiri kampanye politik pada hari terakhir kampanye menjelang Pemilu, Senin mendatang, di negara demokrasi termuda di Asia yang tengah berjuang melawan kemiskinan, korupsi serta menurunnya sumber daya minyak.
Pemilihan presiden dan parlemen pada Juli mendatang, menjadi isu utama di saat meningkat kekhawatiran terhadap pemerintah atas kegagalannya memanfaatkan kekayaan negara yang dihasilkan melalui penjualan minyak dan gas untuk mendukung pengembangan dan menciptakan lapangan pekerjaan.
“Lima tahun ke depan dengan kepemimpinan baru merupakan saat yang kritis karena uang dari penambangan minyak yang saat ini digunakan sebagian besar telah habis,” kata Charles Scheiner, dari Lao Hamutuk, yang berbasis di Dili.
Nanti, tantangan bagi pemerintahan negara itu yang baru adalah untuk menghentikan ketergantungan bangsa dengan jumlah penduduk 1,2 juta orang itu terhadap minyak, dan mencari alternatif pendapatan lainnya melalui sektor pertanian dan industri, katanya.
Sektor energi menyumbang sekitar 60 persen dari PDB di 2014 dan lebih dari 90 persen dari pendapatan pemerintah.
Pemilu pada Senin mendatang merupakan penyelenggaraan keempat sejak kemerdekaan pada 2002, yang diperebutkan delapan kandidat.
Francisco Lu Olo Guterres, yang didukung partai politik Fretilin, merupakan kandidat diunggulkan untuk memenangi pemilihan. Peluangnya menjadi lebih besar berkat dukungan dari pahlawan perlawanan Xanana Gusmao dan partainya CNRT, kata Michael Leach, dari Universitas Swinburne, Australia.
Polisi, Jumat, mengawasi kemungkinan terjadi kerusuhan pada acara kampanye kandidat yang diadakan di sekitar Dili.
Pendukung Guterres dalam konvoi di atas truk meneriakkan Viva Lu Olo, Viva Fretilin, Viva CNRT, dalam perjalanan mereka ke lokasi kampanye sekitar 15 km dari pusat kota Dili, Tasitolu.
“Jika saya nanti terpilih menjadi presiden Timor Leste, saya akan memprioritaskan sektor ekonomi dan pendidikan, untuk mendukung kesejahteraan rakyat,” kata Guterres, saat berkampanye.
Kandidat utama lain adalah Antonio da Conceicao, dari Partai Demokrat. Menteri pendidikan itu menyerukan “politik damai” di negara yang telah menderita kekerasan terbuka itu. Dia memiliki dukungan dari partainya sendiri serta dari partai yang baru terbentuk, Partai Pembebasan Rakyat (PLP) yang kini menaungi Presiden Timor Leste, Jose Maria de Vasconcelos.
de Vasconcelos memainkan peran penting bagi kesatuan bangsa, terutama dengan angka pengangguran yang mencapai sekitar 60 persen.
de Vasconcelos, mantan gerilyawan yang juga dikenal sebagai Taur Matan Ruak, diharapkan dapat mengisi posisi sebagai perdana menteri yang lebih kuat dalam pemilu Juli mendatang. Jika terpilih, “pertukaran posisi” dari presiden ke perdana menteri ini terulang lagi.
Pemerintahan yang baru akan mewarisi krisis anggaran yang tinggi sebagai sumber utama pendapatan, ladang minyak Bayu-Udan, yang dioperasikan Conoco Phillips, diperkirakan akan mengering dalam lima tahun ke depan.
Kondisi ini akan mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan perselisihan dengan Australia terkait pengembangan sumber pendapatan baru di ladang minyak Greater Sunrise.
Ladang minyak itu diperkirakan memiliki 5,1 triliun kaki kubik gas dan 226 juta barel kondensat, yang telah diperkirakan bernilai 40 miliar dolar Amerika Serikat.
Bekas jajahan Portugis ini pernah menjadi provinsi ke 27 Indonesia sejak 1975 hingga merdeka pada 2002 dan banyak dari tokoh-tokoh kunci kemerdekaan yang kini masih menonjol menjalankan negara. (ant/fik)