Kepergian almarhum Suwandi, guru yang menjadi korban kecelakaan bus Solaris Jaya di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, membawa duka mendalam bagi rekan kerja dan tetangganya di Desa Wonokasian, Kecamatan Wonoayu, Senin (27/2/2017).
Para tetangga mengenal Suwandi sebagai seorang sosok orang yang dermawan di tempat tinggalnya. Semasa hidupnya, pria berusia 51 tahun tersebut menjabat di Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan sering membantu saat ada kegiatan di desa.
Sementara, Soeprapto Ketua PGRI Sidoarjo mengenal almarhum sebagai orang yang tidak mengenal waktu saat menjalankan tugas. Banyak rekan guru yang sering minta pendapat pada almarhum.
“Suka bercanda, dan tegas juga tidak mengenal waktu. Tapi, orangnya itu baik dan sering memberikan solusi, saat teman-teman dari guru PGRI curhat. Kebetulan almarhum ini pernah menjadi seorang guru dari PGRI,” katanya, Senin (27/2/2017).
Dia menceritakan, kecelakaan terjadi saat almarhum dalam perjalanan rekreasi bersama para guru SD Jimbaran Wetan. Rekreasi ke air terjun Grojokan Sewu, Tawangmangu itu diadakan karena Suwandi akan pindah menjadi Kepala SD Jimbaran Kulon.
Nahas, saat di tengah perjalanan dari Cemoro Kandang, Tawangmangu, bus Solaria Jaya yang berisikan 30 penumpang, terperosok dan masuk ke sungai di wilayah Dusun Banaran, Desa Gondosuli, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Diduga sopir tidak mengetahui medan jalan dan tidak bisa mengendalikan bus yang melaju kencang.
“Ini nanti, dari kawan-kawan guru PGRI dan Dinas Pendidikan Sidoarjo akan ke Rumah Sakit Karanganyar, untuk melihat kondisi istrinya. Karena Istrinya Agustin Indah yang juga guru masih dirawat. Kalau untuk anaknya Ica Susilowati meninggal,” ujar Suprapto.
Suwandi dan Ica telah dimakamkan secara bersamaan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Wonokasian, yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dari rumah duka. (bry/iss/ipg)