Terinspirasi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yang rawan gangguan alam dan mempengaruhi kinerja PT, M. Hadi Purnomo Mahasiswa Teknik Elektro Untag Surabaya menciptakan Sistem Monitoring Pengawatan Tripping Coil dan Suhu Kontak PMT untuk Mengantisipasi Kegagalan Trip.
“Sebagian besar saluran distribusi tersebut (70%) dialirkan ke pelanggan industri melalui Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Saluran tersebut sangat rawan terhadap gangguan alam yang dapat mempengaruhi kinerja PT. PLN dalam melayani penyaluran tenaga listrik,” terang Hadi.
Gangguan yang ditimbulkan juga dapat merusak peralatan listrik pelanggan maupun PT. PLN. Untuk menghindari hal tersebut, terdapat seperangkat sistem proteksi yang berguna untuk melindunginya, seperti sistem proteksi Kubikel 20Kv.
Satu diantara bagian dari kubikel 20Kv adalah Pemutus Tenaga (PMT). PMT bekerja sebagai penggerak mekanis operasional aliran tenaga listrik.
Perangkat ini juga berperan penting dalam melepas sirkuit ketika ada gangguan hubung singkat pada saluran listrik sehingga titik gangguan dapat dilokalisir dan mencegah pemadaman yang lebih luas.
Menurut Hadi, belakangan ini terdapat beberapa permasalahan pada kinerja PMT feeder dalam menjalankan tugasnya.
Permasalahan pertama, PMT tersebut gagal trip ketika rele proteksi telah mengirimkan perintah trip sehingga menyebabkan PMT incoming feeder trip. Pemadaman yang ditimbulkan menjadi lebih luas. Bisa dibayangkan ketika hal tersebut terjadi pada PMT incoming feeder bahkan pada PMT sisi 150Kv.
Permasalahan kedua adalah kontak didalam PMT yang tidak dapat dilihat, sehingga tidak dapat diketahui kondisi kontak PMT pada keadaan yang sempurna. Hal ini dapat menimbulkan panas dan lama kelamaan mengakibatkan kerusakan pada PMT tersebut.
“Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan membuat alat monitoring pengawatan tripping coil dan suhu kontak PMT untuk mengantisipasi kegagalan trip dalam mengamankan gangguan hubungan singkat pada saluran tenaga listrik,” ujar Hadi.
Mahasiswa alumni SMA Negeri 2 Jombang ini menyebutkan bahwa secara garis besar alatnya terdiri dari beberapa bagian, yaitu sensor tegangan, sensor suhu LM35, sistem minimum mikrokontroler Arduino Mega 2560, penampil LCD Karakter 20×4, indikasi audio, dan visual.
Sistem yang ada, lanjut Hadi, telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Dimana mikrokontroler mengolah data masukan digital dari optocoupler melalui port Digital input dan analog (mV) dari sensor LM35 melalui port Analog input yang kemudian dikoversikan langsung didalam mikrokontroler tersebut untuk ditampilkan dalam bentuk derajat Celcius pada LCD Karakter 20×4 serta keluaran indikasi audio dan visual.
“Monitoring PMT feeder 20kV ini memudahkan operator memantau kondisinya karena bukan hanya semua tampilan data dikemas dalam display LCD, tetapi juga dilengkapi indikasi secara audio, sehingga tetap dapat diketahui permasalahan ketika operator tidak didepan display LCD,” pungkas Hadi.
Mahasiswa kelahiran Mojokerto, 3 Desember 1991 ini berharap dengan sistem yang dibuatnya, permasalahan yang terjadi pada peralatan dapat diketahui lebih dini, sehingga kegagalan trip dan terbakarnya PMT dapat dihindari. Dampak lain seperti kWh yang tidak terjual dapat ditekan dan yang paling utama adalah pelayanan tenaga listrik semakin baik.(tok/rst)