Sabtu, 23 November 2024

Minim Sineas, Karena Hanya Sekedar Dianggap Hobi Bukan Utama

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Industri film nasional masih dikuasai segelintir orang karena kebiasaan masyarakat yang sulit berubah, dari kultur lisan ke kultur visual yang dinilai masih gagap.

Ilham Sineas Film Jatim mengatakan ini menanggapi tentang perkembangan film nasional. Kata Ilham ,jika hanya dikuasai sebagian orang, pemerintah sangat mudah mengontrol. Berbeda kalau persebarannya luas menjadi sulit dikontrol.

Sekarang perkembangan sineas di daerah lumayan tinggi dan tidak harus selalu muncul Jakarta. Misal di Papua dan Jember sudah ada produsen film lokal, meskipun produksinya belum sampai 1 persen dari industri film nasional.

“Secara kualitas sineas muda itu hanya kurang pengalaman dan jam terbang saja. Mereka kadang hanya memenuhi hobi dan mengisi waktu luang,” kata Ilham pada Radio Suara Surabaya, Minggu (12/2/2017).

Ilham mencontohkan, di Jember memang ada wadah yang memberi peluang bagi perkembangan sineas muda tapi itu hanya lokal dan kecil sifatnya sehingga profesi sineas hanya jadi pekerjaan sampingan bukan yang utama.

Karena, kata dia, untuk menghasilkan karya yang bermutu butuh alat yang memadai dan biaya besar. “Di sinilah sineas butuh pemodal dan tentu mereka juga berharap untung,” ujar dia.

Idealisme, kata dia, memang sulit sejalan dengan kondisi pasar. Tapi ada juga yang konsisten dengan idealismenya namun jumlahnya memang tidak banyak.

Ilham menilai. sehebat apapun film yang diproduksi, kalau tidak laku di pasaran akan percuma. Contoh film Gunung Emas biaya produksinya Rp60 miliar tapi ternyata tidak laku di pasaran.

“Naskah yang bagus juga belum tentu laku dijual ke produser sedangkan produser hanya memproduksi film yang akan ditonton masyarakat,” katanya. (dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs