“Phoneography” (smartphone photography) atau keterampilan memotret dengan menggunakan telepon pintar saat ini menjadi fenomena menarik yang digemari oleh masyarakat, selain menggunakan dengan kamera foto.
Mosista Pambudi Pewarta dan Pengajar Foto Jurnalistik Antara mengatakan, “Phoneography” memiliki keasyikan tersendiri dibandingkan memotret dengan kamera foto SLR (single-lens redlez), DSLR (digital single-lens reflex), mirrorless, kamera digital pocket, atau bahkan kamera polaroid.
Menurut Moses, panggilan akrabnya, keasyikan tersendiri itu terasa lebih kekinian dan lebih dekat dengan objek foto sehingga memunculkan suasana keakraban. Apalagi masyarakat suka saling berbagi (share) hasil foto atas berbagai kegiatan yang mereka lakukan melalui media sosial yang mereka aktifkan.
“Orang Indonesia pada umumnya senang berbagi, ini berguna sekali, namun perlu menggunakannya secara bijak, jangan sampai dianggap menyebarkan foto-foto hoax yang marak akhir-akhir ini,” katanya pada pelatihan Phoneography dalam rangkaian pameran Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon, Maluku, Selasa (7/2/2017).
Moses yang kerap menjadi juri berbagai lomba karya foto jurnalistik itu menuturkan untuk melakukan “phoneography”, seseorang perlu dibekali dengan memilih telepon pintar yang tepat.
“Mereka yang memiliki tangan dan jari yang mungil jangan memilih smartphone yang besar karena akan berat dan saat memotret sering goyang,” katanya seperti dilansir Antara.
Selain itu, memiliki dorongan memotret/seni memotret yang baik, misalnya memiliki mata yang baik sehingga bisa melihat objek foto secara benar.
Hal terpenting memang memiliki indera mata yang baik untuk menangkap objek yang akan sipotret sedangkan kualitas telepon pintarnya relatif karena percuma saja telepon pintarnya yang mahal tetapi tidak memiliki mata yang baik untuk memotret.
Sementara itu sejumlah pedoman juga diperlukan untuk melatih keterampilan melakukan “phoneography” seperti mencari dan menentukan kontras antara “figure” (objek fokus) dan “ground” (latar belakang) .
Kemudian, menemukan adanya kemiripan di antara dua obyek yang tidak berhubungan, memahami garis (veritakal, horizontal, lengkung, diagonal, garis pengarah), memahami permainan bayangan dan cahaya, mendapat momentum puncak, dan sabar menunggu untuk hasil terbaik.
Untuk menghasilkan gambar terbaik dari melakukan “phoneography”, katanya, perlu sering berlatih dan memandingkan atau mengevaluasi hasil-hasil foto yang telah dihasilkan.(ant/iss/ipg)