Ratusan hektare tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Balen, Kanor dan Baureno, di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terancam gagal panen akibat terendam air banjir luapan Bengawan Solo, sejak Jumat (3/2/2017).
Hendri Puspita Sekretaris Kecamatan Balen pada Sabtu (4/2/2017), menjelaskan bahwa di wilayahnya tanaman padi yang terendam air banjir seluas 260 hektare di Desa Lengkong, Kedungdowo, Pilanggede dan Sarirejo.
Tanaman padi seluas 260 hektare itu, menurut dia, usianya bervariasi mulai usia 15 hari sampai 50 hari.
“Tanaman padi itu terendam air banjir sejak sehari lalu. Kalau banjir segera surut masih selamat, tetapi produksinya tetap menurun,” katanya seperti dilansir Antara.
Namun, menurut dia, kalau genangan banjir merendam tanaman padi selama tiga hari, maka tanaman padi akan mati.
Ia juga menyebutkan bahwa genangan banjir di sejumlah desa di wilayahnya, selain merendam areal persawahan juga mulai merendam jalan desa dengan ketinggian berkisar 0,50 meter hingga semeter.
“Tapi, genangan banjir belum masuk ke rumah warga sehingga tidak ada warga yang mengungsi,” ucapnya.
Meski demikian, ia mengemukakan, berbagai persiapan menghadapi kemungkinan banjir semakin membesar dilakukan, antara lain, persiapan membuka dapur.
“Tim penanggulangan bencana kecamatan sudah menyiapkan dapur umum di desa yang lokasinya tidak kebanjiran,” ucapnya.
Subiyono Camat Kanor mengemukakan bahwa genangan banjir luapan Bengawan Solo di wilayahnya merendam tanaman padi seluas 48 hektare dengan usia bervariasi ada yang baru dua pekan sampai 60 hari di Desa Kabalan dan Tejo.
“Banyak petani yang tidak menanam padi setelah tanaman padinya rusak terendam air banjir luapan Bengawan Solo awal Desember 2016,” ucapnya.
Sedangkan, menurut Kholil Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Baureno di wilayahnya banjir mulai merendam jalanan desa dan sekitar 200 rumah warga dengan ketinggian sekitar 30 centimeter di Desa Lebaksari dan Kalisari.
Selain itu, dikatakannya, banjir juga mulai merendam belasan hektare tanaman padi di Desa Puncangarum, di Baureno, sehingga petani terpaksa melakukan panen paksa.
Secara terpisah, Eko Susanto Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menyatakan bahwa ketinggian air Bengawan Solo mulai turun, tetapi tidak sifnifikan dengan ketinggian air di Bojonegoro 14,28 meter (siaga II) pukul 22.00 WIB.
“Air cenderung turun, sebab di hulu juga sudah mulai turun,” katanya menambahkan. (ant/dwi)