Jumat, 22 November 2024

Tujuh Alasan Yang Menjadikan Karyawan Teladan Resign dari Kantor

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Ilustrasi.

Di sebuah perusahaan, karyawan adalah aset, mempekerjakan karyawan layaknya barang yang dengan mudah dipindah dan disuruh untuk melayani bos adalah tidak bijak. Beberapa survei bahkan menunjukkan bongkar pasang karyawan akibat karyawan teladan banyak yang mengundurkan diri dengan alasan tidak jelas menunjukkan ketidak sehatan perusahaan tersebut.

Dan berikut tujuh alasan versi forbes, yang menjadikan pekerja teladan tak betah dan sebaliknya menjadikan pekerja tanpa prestasi bisa berlama-lama bekerja di perusahaan itu :

1. Dipaksa bekerja terlalu keras
Tidak ada yang baik dari memaksa seorang karyawan bekerja tanpa henti. Orang yang terpaksa bekerja sangat keras merasa mereka sedang dihukum demi hasil yang bagus. Bahkan studi dari Stanford menunjukkan bahwa produktivitas per jam menukik tajam ketika jam kerja melebihi 50 jam setiap pekan, dan produktivitas turun drastis setelah bekerja 55 jam.

Jika memang harus memaksa karyawan teladan bekerja keras, lebih baik naikkan jabatannya. Karyawan yang punya kemampuan bisa menerima tanggung jawab lebih besar. Kenaikan jabatan, promosi dan kenaikan status adalah cara yang tepat untuk memberi pekerjaan lebih banyak. Jika Anda mempekerjakan orang lebih keras hanya karena ia berbakat, tanpa mengubah apa pun, mereka akan mencari pekerjaan yang lebih baik

2. Kontribusi dan pekerjaan baik tidak dipuji
Mudah meremehkan kekuatan dari pujian, terutama pada pekerja hebat yang termotivasi dari dalam. Semua orang suka pujian, apalagi mereka yang bekerja keras. Manajer harus berkomunikasi dengan para bawahannya untuk mencari tahu apa yang membuat mereka merasa lebih baik (ada yang suka kenaikan jabatan atau pengakuan publik) kemudian lakukan itu untuk membuat usaha mereka dihargai.

3. Tidak peduli pada karyawan
Lebih dari setengah orang yang keluar kerja melakukannya karena hubungan tidak baik dengan atasan. Perusahaan cerdas akan memastikan manajer tahu cara menyeimbangkan kehidupan profesional tapi tetap manusiawi.

Ada atasan yang merayakan kesuksesan karyawan, ikut berempati ketika mereka sedang ditimpa musibah. Atasan yang gagal untuk peduli pada karyawannya pada akhirnya akan ditinggal. Tidak mungkin bekerja bersama orang lain selama delapan jam lebih setiap hari ketika mereka tidak peduli apa pun kecuali hasil pekerjaanmu.

4. Tidak menghargai komitmen
Membuat janji dengan orang menempatkanmu pada batas tipis antara membuat mereka bahagia atau melihat mereka pergi. Ketika Anda punya komitmen, di mata karyawan Anda bisa membuktikan diri jadi atasan yang bisa dipercaya dan terhormat. Bila komitmen tidak dipegang, Anda jadi atasan yang tidak peduli dan tidak perhatian. Jika seorang atasan tidak memegang komitmen, bagaimana dengan yang lain?

5. Mempekerjakan dan mempromosikan orang yang salah
Karyawan teladan ingin bekerja dengan orang yang punya pemikiran profesional. Saat manajer tidak mempekerjakan orang yang benar, itu merusak motivasi orang yang sudah bekerja di sana lebih dahulu. Menaikkan jabatan orang yang salah punya dampak lebih buruk. Ketika Anda bekerja keras namun kenaikan jabatan malah diberikan pada para penjilat, itu adalah hinaan besar. Tak heran orang-orang memilih berhenti kerja di sana.

6. Tidak membiarkan orang mengejar impian
Karyawan yang berbakat punya semangat tinggi. Memberikan kesempatan untuk mengejar apa yang mereka sukai akan meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Namun banyak manajer yang takut akan kalah dengan karyawannya. Ketakutan ini tidak berdasar. Studi menunjukkan bahwa orang yang bisa mengejar apa yang mereka sukai di kantor merasa bahagia yang membuatnya lima kali lebih produktif dari biasa.

7. Gagal mengembangkan keterampilan karyawan
Manajer punya kuasa untuk mengembangkan kemampuan karyawan atau membiarkannya saja. Jika tidak, orang-orang terbaik akan merasa bosan dan pergi. (ant/fik)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs