Donald Trump Calon presiden Partai Republik memenangkan 63% suara warga kulit putih, membantunya meraih kemenangan dalam pemilu presiden lalu. Tetapi bukan hanya pendukung utama Republik yang mendukung Trump.
Aru Pande Wartawan VOA berbicara dengan sejumlah orang yang berasal dari kelompok atau partai lain dan memberi dukungan pada Trump, serta membelot dari norma-norma konvensional mereka.
Tidak seperti warga Amerika lain, pemilik toko es krim di Maryland Anne Segal tidak terkejut ketika Donald Trump memenangkan pemilu presiden November lalu.
“Saya tahu ia akan menang. Saya yakin 100% ia akan menang,” katanya.
Dukungan warga Amerika keturunan Uganda itu pada Trump tidak tergoyahkan, dan ia berharap latar belakang Trump sebagai pebisnis akan tercermin dalam penciptaan lapangan kerja dan kewirausahaan Amerika.
“Saya berbicara atas nama saya dan juga suami saya karena ia memiliki bisnis kecil yang ingin tampil beda, sesuatu yang bisa dibangun. Saya ingin menjalankan bisnis ini dan saya gembira. Saya yakin saya bisa,” tambah Segal.
Penciptaan lapangan kerja juga menjadi keprihatinan pakar strategi Partai Demokrat yang kini beralih ke Partai Republik, Gianno Caldwell.
“Ada sejumlah orang yang belum mendapatkan pekerjaan lagi, dan jutaan lainnya yang benar-benar berhenti mencari kerja. Saya kira ada begitu banyak orang yang optimistis dengan pemerintahan Trump,” tutur Caldwell.
Juga beberapa anak muda yang terkena dampak kampanye calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton, seperti Harlan Hill, mantan pendukung Bernie Sanders yang kini mendukung Trump.
“Pemilu ini berarti menyediakan lapangan kerja dan uang kuliah yang terjangkau. Sejujurnya, saya kira Partai Demokrat telah memainkan suara kelompok milenial. Mereka membuat banyak janji dan belum berhasil memenuhinya,” papar Hill.
Para pendukung baru Trump ini kini optimistis pemerintahan baru akan memenuhi janji mereka.
“Semoga ia belajar dan mendengar orang-orang yang memberinya nasihat. Semoga semua akan membaik. Kami akan menilainya dengan seksama,” imbuh Segal.
Jika Trump tidak memenuhi harapan mereka, Segal mengingatkan warga Amerika bahwa dalam empat tahun akan ada pemilu presiden lagi. (voa/dwi)