Membaca buku secara kritis menjadi kemampuan penting yang harus dimiliki seorang calon penulis. Dengan membaca kritis, seorang calon penulis akan mengetahui cara menulis yang baik, serta menambah referensi dan pengetahuan yang luas.
Aulia Ardista Content Creator Nonfictionbook Club ketika menjadi pemateri dalam seri kelas penulisan yang digelar Klub Seri Buku (KSB) dan Unair pada Sabtu (22/6/2019) di Surabaya, memaparkan demikian.
“Dengan kita mengkonsumsi material yang akan digunakan untuk menciptakan sebuah karya kreatif, kita sama saja melakukan riset. Riset tentang topik yang sedang dibicarakan, yang mudah masuk ke masyarakat,” ujar Aulia.
Aulia menyebut, penulis harus mampu memiliki konsep sendiri serta memformulasikan pikiran menjadi sebuah karya tulis. Keahlian ini bisa dilatih lewat Critical Reading.
“Jadi ketika kita membaca kritis, kita gak cuman sekedar masukin informasi, tapi juga pemahaman akan teks,” katanya.
Meski begitu, tidak banyak orang yang terbiasa dengan kebiasaan membaca. Aulia menyebut, alasan paling krusial adalah adanya waktu konsentrasi yang pendek akibat perkembangan teknologi.
“Banyak sekali distraksi. Jaman dulu kan, kita tulis surat yang panjang, membacanya juga tahan. Kalau misalkan sekarang, chatting, informasi juga di medsos, singkat. tantangan utamanya itu,” katanya.
Ia menyebut, hal ini bisa diatasi dengan menciptakan kondisi membaca yang menyenangkan. Seorang pembaca buku tidak perlu dibuat repot dengan target jumlah bacaan maupun pilihan bacaan yang dianggap kurang berkualitas.
“Kadang-kadang ada pembaca yang Book Shaming. Gampang banget, Menye-menye, nanya orang berpikir kalau baca fiksi gak guna. Padahal fiksi itu merupakan gambaran society atau masyarakat, ada semangat zaman,” jelas Aulia.
Menurutnya, membaca juga harus dilakukan secara kritis. Pasalnya, membaca bukan kegiatan menerima pengetahuan, tapi proses memahami. Sehingga perlu dilakukan secara kritis. Ia menyebut, ada metode membaca yang bisa dilakukan oleh pembaca, yaitu metode KWL (Know, Want to Learn, Learned). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengetahuam yang didapat setekah membaca.
“Know itu apa sih yang diketahui kalian sebelum membaca, ini ditulis. Terus Want to Learn, apa sih yang ingin kalian ketahui dari buku ini. Learned itu dicek (setelah membaca, red), apa pertanyaan kalian terjawab. Atau bahkan pengatahuan baru yang kalian dapat dari buku ini,” jelasnya.
Sebagai informasi, Klub Seri Buku bekerjasama dengan Unair menggelar kelas penulisan selama 4 bulan sejak Juni hingga September 2019 mendatang. Kelas ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat di bidang literasi. Peserta akan bersama-sama menciptakan karya ilmiah populer bersama diakhir program. (bas/bid)