Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah menggelar rapat di tingkat pusat pada 14 Juni lalu terkait anjloknya harga ayam potong di tingkat peternak. Hingga akhirnya diputuskan beberapa upaya untuk mengembalikan harga ayam potong di tingkat peternak dengan harga yang wajar.
“Sesungguhnya harga-harga yang dikelola Disperindag itu harga di tingkat pasar yang sesuai SK Gubernur. Sedangkan di tingkat produksi itu kewenangan dari Dinas Peternakan,” kata Drajat Irawan Plt Kadisperindag Pemprov Jawa Timur.
Drajat mengakui, harga ayam potong di tingkat pasar memang masih cukup tinggi perkilogramnya. Misalnya di Mojokerto Rp34 ribu, di Tulungagung Rp21 ribu, di Pasuruan Rp28 ribu dan di Batu Rp24 ribu. Jadi rata-rata harga ayam potong di Jawa Timur sekitar Rp25.328.
Drajat menjelaskan, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya pengurangan DOC atau anak ayam sebesar 30 persen. Selain itu dilakukan upaya agar integrator tidak menjual ayam langsung ke pasar tradisional tapi disimpan dulu menjadi daging beku atau olahan lainnya.
Nantinya, lanjut dia, akan direview dari usulan Permendag Nomor 96 Tahun 2018 agar harga acuan dikelola di tingkat konsumsi. Dan mereview Permentan Nomor 32 Tahun 2018 tentang penyediaan dan pengawasan ayam ras.
“Menghulu pada keputusan hasil rapat, kita mengidentifikasi daerah yang over supply. Lalu bagaimana mengawasi pergerakan daging ayam, yang di pasar tradisional ada berapa dan yang di cold storage ada berapa. Dengan ini bisa mendorong lagi peningkatan harga ayam di tingkat peternak,” ujar Drajat pada Radio Suara Surabaya, Kamis (27/2019).
Selain itu, kata Drajat, Pemprov Jatim juga mengimbau sesuai surat Dirjen Kemendag Nomor 130 tahun 2019 agar Aprindo menyerap harga ayam potong dari peternak sesuai harga acuan Rp19 ribu.
“Kami juga ajak Polda Jawa Timur beserta jajaran untuk mengawasi cold storage pemilik rumah potong hewan agar tahu stoknya ini sesungguhnya ada berapa,” katanya.
Drajat juga mengakui, saat ini memang pergerakan harga ayam potong berangsur naik tapi belum maksimal.
“Harusnya di tingkat pasar ini juga mengikuti harga di tingkat peternak. Ini yang masih kita cari, siapa yang menjadi penahan harga. Kita monitoring dan cek ke lapangan terus. Mudah-mudahan nanti dalam 1 atau 2 hari ada temuan dari satgas pangan apa yang sebenarnya terjadi yang membuat harga di pasar dan peternak ini tidak seimbang,” pungkasnya. (dwi/ipg)