Senin, 25 November 2024

Ancaman Terorisme di Indonesia Makin Variatif

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan

Imron Baihaqi alias Abu Tholut mantan Teroris menilai, keberadaan ISIS sekarang membuat ancaman terorisme di Indonesia makin variatif. Pasalnya, ISIS tidak sama dengan Al Qaeda dari segi visi dan misi mereka.

Menurut dia, dulu aksi terorisme dipicu oleh permusuhan tunggal dengan Amerika Serikat dengan kelompok Al Qaeda, terutama menyangkut kebijakannya terhadap umat Islam setelah terjadinya aksi bom World Trade Centre (WTC)

“Sekarang timbul ISIS sehingga lebih variatif. Mereka (ISIS) sasarannya bukan AS sebagai prioritas, bahkan orang biasa saja bisa dianggap musuh atau murtad bila tidak sepaham. Contohnya peristiwa di Sudan, Irak, dan Paris. Kita berharap hal itu tidak terjadi di Indonesia. Caranya jangan sampai ISIS berkembang di Indonesia dan jangan sampai umat muslim Indonesia terekrut oleh propaganda ajaran ISIS,” ujar Abu Tholut saat dihubungi suarasurabaya.net, Selasa (29/12/2015).

Atas dasar itulah, Abu Tholut dengan beberapa mantan teroris yang lain seperti Abdul Rahman Ayub, Nasir Abbas, Ghazali, Toni Togar, dan lain-lain siap membantu pemerintah RI dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya aksi terorisme di Indonesia. Ia pun siap melakukan sharing dan berkomunikasi aktif dalam memberikan masukan dan data untuk sebagai bukti kesetiannya pada NKRI.

“Kami tidak meminta apa-apa. Kami hanya ingin Indonesia yang damai dan tidak dikotori oleh-oleh aksi-aksi ISIS yang tidak berperikemanusiaan,” ujar dia.

Abu Tholut menilai adanya sharing dan komunikasi ini sangat positif dan konstruktif dalam memecahkan kebuntuan antara pihak pemerintah yang menangani pencegahan terorisme (BNPT) dengan mereka yang pernah terlibat kasus terorisme, napi terorisme, dan mantan napi terorisme. Langkah ini akan menjadi fondasi awal untuk membangun kepercayaan dalam mencegah terjadinya kembali aksi terorisme di Indonesia.

Kata dia, komunikasi intensif dan wakil pemerintah dan wakil masyarakat, dalam tanda petik dari kelompok radikal, sangat penting sehingga di kemudian hari ada gerakan yang sinergis dalam pencegahan terorisme.

“Kalau sudah sinergi, maka jalannya pasti akan selaras. Selama ini pencegahan terorisme yang dilakukan BNPT sudah cukup bagus, tapi masih ada yang kurang. Memang masih belum sempurna, makanya harus disempurnakan. Jangankan masalah terorisme yang parsial, masalah yang global yaitu tujuan kemerdekaan juga sepenuhnya belum tercapai. Jadi evaluasi dan koreksi yang terus dilakukan secara bersama-sama,” kata Abu Tholut.(faz/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
33o
Kurs