Industri kertas Indonesia diprediksi akan mengalami masa-masa sulit di tahun 2016 mendatang akibat kondisi pasar yang kurang potensial. Misbahul Huda Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Jatim mengatakan, di tahun depan kondisi umum industri kertas Indonesia hampir sama dengan tahun ini.
“Secara keseluruhan industri kertas masih berat, sama seperti tahun ini. Sebab permintaan di dalam negeri terhadap kertas juga semakin menurun. Terutama kertas-kertas koran, fotokopi, dan cetak itu terus menurun karena tidak ada proyek-proyek perbukuan yang besar. UNAS saja sekarang sudah tidak menggunakan kertas kan, semuanya serba teknologi. Ini yang membuat industri kertas tergeser,” kata Huda kepada suarasurabaya.net, Selasa (29/12/2015) di Surabaya.
Menurunnya permintaan kertas di dalam negeri menurut Huda juga diikuti oleh menurunnya permintaan kertas di luar negeri. Dirinya mengatakan ekspor kertas Indonesia ke luar negeri juga semakin menurun.
“Ekspor kita lemah, karena pasar dunia juga lemah. Apalagi Tiongkok sekarang sedang Over Supply kertas, efeknya ya kita kalah bersaing dengan produk mereka,” ujar dia.
Namun khusus untuk ekspor, Huda masih berharap “tuah” hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan terjadi awal tahun 2016 mendatang.
“Kita berharap keterbukaan pasar membuat ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tetangga bisa lebih besar. Karena sebenarnya kualitas kertas Indonesia itu bagus sekali. Nomor 6 terbaik di dunia,” kata dia.
Menanggapi paket-paket kebijakan I hingga VIII dari pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Huda mengatakan efek dari kebijakan-kebijakan tersebut masih belum bisa dirasakan oleh industri kertas.
“Faktanya memang belum ngefek. Tekanan perlambatan ekonomi di dalam negeri masih terjadi,” kata Huda.(dop/rst)