Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap terduga teroris berinisial SA (51) warga Desa Candirejo, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada Rabu (3/7/2019), sekitar pukul 14.00 WIB.
SA yang kesehariannya merupakan pengusaha kulit tersebut ditangkap saat keluar dari lingkungan pabrik kulit dengan mengendarai sepeda motor di Desa Ringinagung, Kecamatan Magetan.
“Memang benar tadi ada penangkapan terduga teroris oleh tim Densus 88 dari Mabes Polri. Polres Magetan tadi dihubungi oleh tim Desus sekitar pukul 13.30 WIB. Kami langsung ke lokasi dan bertugas mengamankan agar proses penangkapan tidak terganggu,” ujar Wakil Kompol Djumadi Kapolres Magetan kepada wartawan.
Menurut dia, penangkapan berjalan lancar dan yang bersangkutan langsung dibawa pergi oleh petugas dengan mobil. Sesuai informasi, SA dibawa ke Mako Brimob Madiun untuk diperiksa lebih lanjut.
Setelah mengamankan SA, tim Densus bersama anggota Polres Magetan juga melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris di Desa Candirejo.
Dalam penggeledahan itu, polisi mengamankan sejumlah kardus yang diduga berisi dokumen dan barang-barang miliki terduga teroris SA.
“Tadi ada diamankan kardus. Isinya apa, saya tidak tahu. Sekali lagi, Polres Magetan hanya membantu pengamanan proses penangkapan dan penggeledahan saja,” katanya, seperti dilansir Antara.
Sementara, Hariyanto Ketua RT 1/RW 1, Desa Candirejo, Magetan mengatakan selama menjadi warganya, SA dikenal cukup baik dan ramah dengan warga sekitar.
“Saya tidak tahu kapan penangkapannya. Yang saya tahu tadi sebelum penangkapan ada petugas datang ke rumah memberitahukan akan melakukan penggeledahan di rumahnya Pak Sujadi (SA),” kata Hariyanto.
Menurut Ketua RT, meski dikenal ramah, namun SA tidak pernah hadir saat diundang warga untuk acara kampung lainnya. Yang bersangkutan hanya bersedia datang jika ada undangan pengajian dan doa-doa.
Hariyanto menjelaskan, SA sebetulnya merupakan asli daerah Plaosan, Magetan. Ia kemudian menikah dengan IP, istrinya yang merupakan warga Desa Candirejo. Setelah itu, keduanya tinggal di desa setempat dan memilik empat anak.
Ia menambahkan, dari empat anak tersebut, anak pertama ada di rumah ikut mengembangkan usaha kulit orang tuanya. Anak yang kedua dan ketiga tidak diketahui kabarnya oleh warga. Sedangkan yang bungsu sekolah di Ponpes Karanganyar, Jateng. (ant/dwi/ipg)