Indonesia mengalami penurunan cadangan devisa sebesar 500 juta US Dollar pada akhir bulan November 2015 lalu yakni menjadi 100,2 miliar US Dollar. Sebelumnya, di bulan Oktober 2015 cadangan devisa Indonesia mencapai 100,7 miliar US Dollar.
Namun Wisnu Wibowo pengamat ekonomi Universitas Airlangga Surabaya memprediksi cadangan devisa Indonesia akan kembali tumbuh di kuartal I tahun 2016.
“Penurunan cadangan devisa itu disebabkan oleh penurunan rupiah. Penurunan rupiah disebabkan tidak adanya ketidakpastian suku bunga The Fed, tapi sekarang kan sudah ada kepastian. Saya pikir di kuartal I 2016 cadangan devisa kita akan meningkat dengan adanya serapan anggaran, stimulus moneter, serta ekspor kita saya pikir juga akan meningkat,” kata dia, Jumat (18/12/2015) di Surabaya.
Selain kepastian suku bunga The Fed, Wisnu mengatakan meningkatnya cadangan devisa Indonesia didukung oleh sahnya mata uang Tiongkok menjadi mata uang internasional.
“Renminbi (RMB) sekarang sudah jadi mata uang internasional. Jadi transaksi Indonesia dengan Tiongkok kini sudah tidak menggunakan dollar. Tekanan dollar terhadap rupiah sekarang bisa diminimalisir. Kebutuhan dollar bisa dikurangi, itu akan mengurangi permintaan kita terhadap dollar,” ujarnya.
Meskipun sudah ada kabar positif dari The Fed dan mata uang Tiongkok, pemerintah Indonesia menurut Wisnu tetap harus waspada terhadap ketidakstabilan di sektor-sektor lainnya.
“Yang pertama adalah ketidakstabilan perekonomian Tiongkok juga harus dipikirkan. Kedua ketidakstabilan global, seperti perekonomian Eropa dan Amerika yang menentukan ekspor komoditas Indonesia. Lalu yang terakhir adalah faktor ancaman badai La nina,” ujar Wisnu.(dop/ipg)