Sabtu, 23 November 2024

Suhardiman Pendiri SOKSI Wafat

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Mayjen TNI (Purn) Suhardiman Pendiri Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).

Mayjen TNI (Purn) Suhardiman Pendiri Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), salah satu ormas pembentuk Partai Golkar, wafat pada Minggu malam (13/12/2015), sekitar pukul 21.15 WIB. Kabar itu menambah duka bagi Partai Golkar yang memang sedang berbeban berat.

“Saat ini jenazah beliau disemayamkan di rumah duka di Jalan Kramat Batu Nomor 1, Cipete, Jakarta Selatan. Rencananya, jenazah akan dimakamkan hari ini sekitar pukul 12.30 WIB ke Pemakaman Keluarga Kilometer 84 Evergreen, Puncak, Bogor,” kata Mukhamad Misbakhun Ketua Bidang Koperasi dan UMKM Depinas SOKSI , Senin (14/12/2015) pagi.

Para pengurus dan anggota SOKSI saat ini menjaga dan menggelar doa di kediaman almarhum, termasuk Ade Komaruddin. Ketua Umum Depinas SOKSI, “Kami mohon doa untuk almarhum dan keluarga,” kata Misbakhun.

Almarhum Suhardiman meninggalkan seorang istri, tujuh anak, 12 cucu dan cicit.

Almarhum Suhardiman lahir Gawok, Solo, 16 Desember 1924. Dalam dunia politik Indonesia, almarhum dijuluki dukun politik, karena dianggap memiliki kecerdasan dan ketajaman intuisi, dalam wujud indera keenam memprediksi perkembangan politik Indonesia jauh ke depan.

Suhardiman juga dikenal sebagai tokoh politik berjiwa negarawan, dengan visi dan misi politiknya tercermin dalam dinamika perjuangan SOKSI, yang didirikan dan dipimpinnya puluhan tahun.

Suhardiman, melalui SOKSI, dikenal sebagai pencetak kader pemimpin bangsa yang berjiwa kebangsaan dan negarawan.

Almarhum dikenal memiliki intuisi politik yang ditindaklanjuti dengan analisis secara rasional. Aneka pemikiran tentang pembentukan kekuatan bangsa sebagai tujuan yang kedua dari pembangunan politik, yang oleh Suhardiman disebut sebagai Trisula Politik. Yakni Power, Hukum dan Demokrasi.

Suhardiman mendorong adanya upaya modernisasi, rasionalisasi dan dinamisasi diterapkan dalam berbagai kelembagaan politik, pendidikan politik, dan pimpinan politik sebagai prasarana dalam pembangunan politik. Prasarana kelembagaan ini tidak bisa diartikan secara sempit hanya sebagai sosok fisik organisatoris, melainkan harus diartikan secara luas menyangkut sosok sosiokulturalnya.

Suhardiman sendiri sempat mengeluhkan terancamnya jati diri Indonesia dalam era modernisasi. Reformasi yang berlangsung sejak 1988, dalam pengamatan Suhardiman belum menampakkan jati diri dan arah tujuan Indonesia masa depan. Dia melihat perlunya reformasi jilid dua untuk lebih mempertegas jati diri dan tujuan masa depan Indonesia.

Di sisi karir, setelah lulus sebagai Sarjana ekonomi dari FEUI Jakarta pada 1962, Almarhum belajar hingga meraih gelar doktor Ilmu Administrasi Niaga dari Universitas 17 Agustus, Jakarta pada 1971.

Selain pendidikan umum, dia juga alumni Akademi Militer Yogyakarta (1948), Sekolah Infantri Fort Benning, AS (1971) dan Seskoad (1969). Suhardiman, bungsu dari tujuh bersaudara, itu memulai karier sebagai anggota polisi Tentara di Kediri (1945) dan anggota kawal PB Jenderal Sudirman (1947).

Setelah lulus Akademi Militer Yogyakarta (1948) dia bertugas sebagai komandan Subkomando Distrik Militer Yogya Selatan sampai dia menjabat Kaset KSAP dan Dosen SSKAD. Pada 1960-an, almarhum menjabat perwira pembantu utama Menteri Utama Ir H Juanda, mengurusi perusahaan-perusahaan negara.

Pada 1960, almarhum bersama rekan-rekan mendirikan SOKSI sebagai imbangan SOBSI/PKI, dengan ide dan konsep kekaryaan yang kemudian juga diwujudkan dalam wadah Golkar. Di SOKSI, almarhum menjabat ketua umum (1960- 1998). Kemudian melepas jabatan ketum dan menjabat Ketua MPPO SOKSI (1998-2005). Sejak 2005 menjabat Ketua Umum Dewan Penasihat SOKSI.

Suhardiman pernah menjabat Staf Ahli Menteri Urusan Stabilitas Ekonomi dan Menteri Produksi, Sekretaris Banas dan Penasehat Menperdag. Jabatan terakhir yang diembannya di lembaga tinggi negara adalah Wakil Ketua DPA-RI (1993 – 1998).(faz/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs