Benedict Anderson Indonesianis asal Amerika Serikat memiliki riwayat gangguan jantung. Khanis Suvianita salah satu kolega Ben membenarkan riwayat kesehatan Profesor yang banyak meneliti tentang sejarah dan politik Indonesia ini.
Namun, Khanis mengatakan, sebelum meninggal Benedict sama sekali tidak mengeluhkan penyakitnya tersebut.
“Ya. Meninggalnya dalam keadaan bagus. Waktu itu saat tidur setelah makan malam,” ujar Khanis dihubungi Wartawan, Minggu (13/12/2015).
Menurut Khanis, Benedict sengaja mengunjungi pegunungan Jolotundo, karena bertujuan untuk berwisata. Sebagai pengagum Indonesia, Benedict mengaku nyaman berada di Jawa Timur.
“Setiap tahun itu rutin dua kali ke Jawa Timur, biasanya bulan April, dan Desember. Kalau yang terakhir itu Om Ben kunjungannya ke Jolotundo, dan Candi Belahan,” kata Khanis.
Khanis juga mengaku, sudah menghubungi keluarga Benedict yang berada di Amerika. “Katanya ke Surabaya tanggal 15 Desember. Itu juga sekalian menunggu antrean tempat kremasi, karena masih penuh, dan Om Ben tidak mau yang VIP,” kata Khanis.
Benedict meninggal di Batu, Malang, Jawa Timur, Sabtu, 12 Desember 2015. Benedict tutup usia di umur 79.
Benedict merupakan salah seorang Indonesianis sekaligus penulis buku yang cukup terkenal. Diantaranya Imagined Communities dan Revolusi Tiga Bendera.
Perjalanan karir Benedict, diawali pada tahun 1966 dan 1984. Saat itu dia menjadi editor Jurnal Interdisipliner Indonesia. Selain di Indonesia, pada tahun 1970 Benedict juga menjadi pakar untuk regional Asia Tenggara.
Sejumlah pendapat kritisnya membuat Benedict sempat dilarang masuk ke Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru di era Presiden Soeharto. Namun, setelah itu dia bisa masuk kembali ke Indonesia.(bid/dop)