Sabtu, 23 November 2024

Dokter Puskesmas Dilarang Menolak Pasien Narkoba

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Diah Setia Utami Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat saat menjadi pembicara dalam Diklat Assesor Penanggulangan Pecandu Narkoba. Foto: Istimewa

Dokter puskesmas dan rumah sakit sudah tidak boleh menolak pasien narkoba. Sebab, mereka telah mendapat pelatihan lengkap dalam menangani pasien narkoba.

Saat ini bahkan sebanyak 25 dokter mengikuti Diklat Assesor Penanggulangan Pecandu Narkoba pada Kamis (10/11/2015).

Dr. Diah Setia Utami Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) mengatakan, tujuan diklat ini agar dokter puskesmas bisa menentukan tindakan terapi yang tepat bagi pecandu.

“Tindakan itu dalam upaya pemulihan dari ketergantungan pecandu pada narkotika,” ujar Diah di Ruang ATCS Pemkot Surabaya, Sabtu (12/12/2015).

Para dokter sudah mendapatkan materi pengenalan dasar narkotika, ilmu konseling, format screening, dan pendampingan serta sistem rujukan.

Tidak hanya itu, tata cara pengobatan pecandu narkoba juga diajarkan dalam diklat ini. Diah pun menegaskan, dokter punya tanggung jawab moral kepada masyarakat.

“Karenanya, sudah tidak boleh lagi ada dokter yang menolak atau enggan menangani pasien ketergantungan narkoba,” katanya.

Mewakili institusinya, para dokter yang mengikuti diklat akan menjadi Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) bagi pengguna narkotika.

Diklat ini adalah upaya menambah jumlah puskesmas yang menyediakan layanan pendampingan bagi pecandu narkoba.

Saat ini yang menyediakan layanan itu hanya Puskesmas Jagir, Manukan, Dupak, dan Gayungan.

Sementara rumah sakit yang dapat menjadi rujukan sampai saat ini adalah RSUD Dr Soetomo dan RS Jiwa Menur.

“Nantinya, IPWL ini mampu menjadi ujung tombak penanggulangan narkoba, sehingga warga yang butuh informasi bisa mengakses ke puskesmas-puskesmas,” ujarnya.

Mia Santi Dewi Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD) Surabaya mengatakan, dana diklat ini diambil dari APBD Surabaya.

“Ini angkatan kedua. Jadi totalnya sudah 50 dokter puskesmas dan rumah sakit yang mengikuti diklat ini,” terangnya.

Pelatihan ini akan dilanjutkan hingga tahun-tahun berikutnya agar merata. Sebab, jumlah puskesmas di Surabaya cukup banyak.

Mia mengatakan, pelatihan ini kelak akan diterapkan pada guru Bimbingan Pembimbing tingkat SMP. “Peranan guru BP nanti lebih kepada deteksi dini para pelajar,” ujarnya. (den/fik)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs