Meski belum 100 persen, formulir jumlah surat suara sah (C1) yang sudah masuk dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) ke KPU Kota Surabaya sudah bisa menunjukkan angka partisipasi pemilih.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, angka partisipasi pemilih berdasarkan form C1 yang sudah diterima KPU Kota Surabaya sebanyak 52 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT).
KPU mengakui, bahwa angka partisipasi pemilih ini jauh dari target yang diinginkan KPU yaitu sebesar 70 persen.
Nurul Amalia Komisioner KPU Kota Surabaya Divisi Teknis dan Data menyebutkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka partisipasi pemilih dalam Pilwali Surabaya.
“Pertama, karena pemilih itu spesifik warga Surabaya. Kalau Pileg dan Pilpres kan warga selain Surabaya boleh memilih di Surabaya. Ini mempengaruhi jumlah pemilih,” katanya.
Selain itu, menurutnya, terutama dalam Pileg banyak partai yang terlibat. Masing-masing partai dan caleg berkepentingan untuk mendorong pemilih untuk datang ke TPS.
“Kalau di Pilwali kan tidak semua partai ikut mencalonkan. Hanya ada tiga partai yang berkepentingan. Dua faktor ini yang datang dari luar pemilih cukup menentukan,” ujarnya.
Selain itu, menurut Nurul, ada faktor dari dalam pemilih sendiri. Yaitu sikap apatis warga Surabaya terhadap Pilwali Surabaya 2015 kali ini.
Salah satunya karena masyarakat masih menganggap, dengan tidak memilih pun, calon wali kota tertentu akhirnya akan terpilih juga.
“Karena mereka menganggap, “halah paling Pilwali juga begitu-begitu saja”. Apalagi hari libur, ya, mereka lebih memilih berlibur daripada datang ke TPS,” kata Nurul.
Menurut Nurul, partisipasi pemilih yang rendah tidak bisa diambil kesimpulan bahwa KPU yang salah.
Menurutnya, partisipasi pemilih lebih pada sinergi berbagai pihak untuk terus mengingatkan masyarakat agar turut berpartisipasi.
“Kalau sudut pandangnya seperti itu, sampai kapanpun Pilwali diselenggarakan, KPU salah terus,” katanya.
Meski demikian, diakui oleh Nurul, salah satu kendala dalam sosialisasi yang dialami oleh KPU Kota Surabaya adalah keragu-raguan apakah Pilwali Surabaya 2015 jadi diselenggarakan atau ditunda.
“Proses pendaftaran yang iya tidak, iya tidak, akhirnya bikin kami maju mundur juga dalam sosialisasi. Pendaftaran pasangan calon sampai empat kali itu yang membuat kami ragu-ragu untuk segera sosialisasi,” katanya. (den/iss/ipg)