Penambahan bahan pangan lainnya pada mie basah, dinilai lebih menyehatkan dan dapat menjadi pengganti bahan kimia yang seringkali digunakan oleh para produsen.
Dr. Meriana Adriani, SKM, MKes Dosen Prodi Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya mencontohkan, penggunaan karagenan yang merupakan produk olahan rumput laut merah, dapat menambah kekenyalan mie basah.
“Tidak perlu lagi pakai boraks. Sudah ada penelitiannya, tidak mengganggu citarasa mie,” katanya kepada Radio Suara Surabaya Sabtu (5/12/2015).
Meriana mencontohkan lagi, penambahan ubi kuning atau ubi ungu pada mie basah juga memberi nilai tambah karena dapat menurunkan indeks glikemik dalam mie.
Selain itu, penambahan telur dan sayur-sayuran seperti bayam dan wortel pada mie basah juga menambah kandungan vitamin dan serat pada mie. “Ditambah bayam menjadi mie hijau, ditambah wortel jadi mie orange. Biasanya bahan-bahan alami itu ditambahkan untuk menambah rasa dan serat, meskipun jumlahnya kecil,” katanya.
Untuk itu, Meriana mengatakan, konsumen harus pintar memilih makanan mana yang sehat. “Kandungan protein nabati yaitu gluten dalam tepung terigu yang merupakan bahan baku pembuatan mie, bagus bagi tubuh kita. Asalkan tidak memiliki penyakit autis atau alergi terhadap gluten,” katanya.
Sedangkan, untuk memilih mie basah yang sehat, Meriana menyarankan agar konsumen memilih mie basah yang warnanya tidak terlalu mencolok, tidak terlalu kenyal dan memiliki durasi tanggal daluwarsa yang tidak terlalu lama.
“Mie basah banyak macamnya. Bisa pilih yang masih ada tepungnya, warnanya tidak terlalu kuning, biasanya kemasannya sudah rapi di dalam plastik,” katanya.
Warna mie basah yang terlalu mencolok dan berpendar, kata dia, merupakan tanda adanya bahan kimia. “Yang warnanya terlalu kuning, dikhawatirkan mengandung rodhamin atau pewarna kuning berlebih,” ujarnya.
Lalu, konsumen juga perlu mewaspadai adanya boraks untuk kekenyalan dan adanya formalin. “Makanan yang mengandung formalin, kalau dikukus berbau obat,” katanya.(iss/ipg)