Sabtu, 23 November 2024

Setiap Tahun Kekeringan, Madura Butuh SPAM

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Pendistribusian bantuan air bersih bagi desa-desa yang dilanda kekeringan di Pamekasan, Madura. Foto: Antara

Masalah kekeringan di empat kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur, menjadi masalah tahunan yang tak kunjung teratasi. Setiap kemarau, sebagian warga di empat kabupaten Pulau Garam ini selalu kesulitan air bersih karena sumber mata air menyusut dan sumur-sumur warga mengering.

Akibatnya, produksi pertanian yang membutuhkan banyak air, salah satunya seperti padi dan jagung, terhenti. Persediaan air bersih tidak mencukupi. Sebagian besar lahan dan sawah mengering.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab di empat kabupaten di Madura, jumlah total desa yang biasa mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih saat kemarau sebanyak 248 desa dari total 990 desa/kelurahan, tersebar di 45 kecamatan dari total 72 kecamatan.

Perinciannya, di Kabupaten Sumenep sebanyak 37 desa di 10 kecamatan, Pamekasan sebanyak 80 desa di 10 kecamatan, lalu di Kabupaten Sampang sebanyak 67 desa tersebar di 14 kecamatan, dan di Kabupaten Bangkalan sebanyak 64 desa tersebar di 11 kecamatan.

Akmalul Firdaus Kepala BPBD Pemkab Pamekasan mengatakan, jenis kekeringan yang terjadi selama ini ada dua, kering kritis dan kering langka. Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun/desa itu mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.

Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

Dampak terhadap Pertanian

Kasus kekeringan dan kekurangan air yang melanda sebagian wilayah Pulau Madura setiap kemarau berdampak sistemik terhadap produksi pertanian masyarakat di Pulau Madura. Hampir seluruh produksi pertanian di pulau berpenduduk lebih dari 3,9 juta jiwa ini terhenti.

Tidak hanya itu, peternakan juga terdampak kekeringan. Para peternak kesulitan mendapat pakan ternak akibat rumput-rumput di lahan pertanian warga kering.

“Ini memang menjadi masalah tahunan. Jadi, kekeringan yang terjadi tidak hanya berdampak pada bidang pertanian saja, akan tetapi juga pada bidang peternakan,” kata Bambang Prayogi Kepala Dinas Peternakan Pemkab Pamekasan.

Pakan ternak, kata Bambang. sangat berarti bagi para peternak. Apalagi di Pamekasan. Para petani umumnya juga beternak hewan, seperti sapi dan kambing. Kekeringan dan kekurangan air bersih menjadi kendala tersendiri bagi pengembangan usaha ternak di Pamekasan.

Demikian halnya yang dialami peternak di tiga kabupaten lain. Baik Sampang, Sumenep dan Bangkalan. Bantuan distribusi air bersih yang disalurkan Pemkab masing-masing, selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga, seperti kebutuhan mandi dan memasak.

Butuh Bantuan SPAM

Salah satu upaya yang sedang dilakukan Pemerintah di Pulau Madura untuk mengatasi masalah kekeringan adalah mengajukan bantuan sistem penyediaan air minum (SPAM) dan embung kepada pemerintah pusat.

Anang Djoenaidi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sampang mengatakan, SPAM dan pembangunan embung untuk mengatasi kekeringan saat kemarau sangat dibutuhkan.

Ini dilakukan karena anggaran yang tersedia terbatas. Tahun ini saja, alokasi anggaran yang disediakan pemerintah untuk penanggulangan bencana sebesar Rp5 miliar, itupun terbagi di beberapa organisasi perangkat daerah.

“Jadi, anggaran sebesar Rp5 miliar itu bukan hanya untuk mengatasi kekeringan dan kekurangan air bersih saja, tetapi juga dari institusi lainnya juga,” kata Anang.

Akmalul Firdaus Kepala BPBD Pemkab Pamekasan menjelaskan, selain SPAM dan pembangunan embung upaya lain yang perlu dilakukan adalah pengeboran sumber air.

“Sebenarnya sebagian desa di sini sudah ada program bantuan pengeboran, tapi belum banyak, karena kemampuan anggaran Pemkab memang terbatas,” katanya.

Karenanya, sebagaimana Pemkab Sampang, Pemkab Pamekasan juga berharap pemerintah pusat bisa membantu mengucurkan anggaran untuk penyediaan air bersih.

“Salah satu indikator kemakmuran sebuah daerah itu adalah ketersediaan air bersih, dan pengairan yang cukup akan sangat berpengaruh pada hasil pertanian yang lebih baik,” katanya.

Fathorrahman Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pamekasan mengakui, produksi pertanian masyarakat memang selalu terganggu kasus kekeringan dan kekurangan air bersih. Sebab itu, produksi pertanian di Pamekasan dan Madura pada umumnya hanya terjadi saat musim hujan atau sekitar enam bulan saja.

“Jika pengairan mampu, sebagaimana di daerah lain, produksi pertanian tentu tidak hanya saat musim hujan, tapi juga saat kemarau, dan itu berarti dari sisi pendapatan bagi petani akan meningkat,” kata mantan anggota DPRD Pamekasan dari Partai Gerindra ini.(ant/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs