Sabtu, 23 November 2024
Start Up Sprint

Butuh Teman Curhat dan Konseling Online, Ada Aplikasi Riliv

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tampilan Riliv. Foto: riliv.co

Setiap manusia pasti pernah mengalami masalah dan membutuhkan saran bahkan solusi dari orang lain. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan ada 15 juta orang yang mengalami depresi. Bahkan riset WHO menunjukkan, setiap 40 detik ada orang yang memutuskan untuk bunuh diri karena depresi.

Bukan ke sembarang orang, aplikasi Riliv memungkinkan user, setiap orang yang memiliki permasalahan pribadi, melakukan konseling online dengan riliver, orang-orang berlatar belakang psikologi.

Audrey Maxi CEO Riliv mengatakan, layanan konseling online dengan riliver reguler dapat dilakukan secara gratis. Sedangkan untuk layanan dari riliver expert, user harus mengeluarkan sejumlah biaya.

Riliver reguler, kata Audrey, terdiri dari mahasiswa psikologi dan riliver expert terdiri dari psikolog. Riliver expert untuk menangani masalah berat dan memberi solusi, sementara riliver reguler untuk curhat remaja.

“Mereka nanti akan memberikan solusi. Saat ini sudah ada sekitar 30 riliver reguler dan lima riliver expert di aplikasi kami. Rilivernya sudah ditentukan dengan rating juga. Jadi user tinggal milih nyaman dengan siapa,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (4/11/2015).

Saat menggunakan aplikasi ini, user yang ingin menyampaikan masalah pribadi yang kelam bisa chat dengan riliver secara anonim.

“Biasanya user dengan usia muda lebih memilih curhat dengan riliver reguler. Dalam dua bulan ini, Riliv sudah didownload 1.000 user dengan jumlah 1.000-1.500 personal problem yang masuk per bulannya,” kata pria yang memulai bisnisnya melalui Start Up Sprint ini.

Menurutnya, user dikategorikan berdasarkan umur, latar belakang pendidikan atau pekerjaan. Kategori masalah terdiri dari cinta, keluarga dan karir. “Untuk mendapatkan aplikasi ini, pengguna android tinggal buka Google Playstore, ketik Riliv, nanti ada logo gambar panda, terus install, nanti register secara anonim,” kata lulusan Universitas Airlangga bulan Juni 2015 ini.

Audrey mengaku, mendapat ide awal pembuatan Riliv saat melihat banyak curhatan di timeline Facebook dan Twitter. “Saya berpikir, kenapa mereka curhat di sini padahal ini kan tempat umum. Bukannya mendapat solusi, mereka malah di-bully,” katanya.(iss/ipg)

Teks Foto:
– Audrey Maxi CEO Riliv (kanan), bersama Emma Rachmawati penyiar SS (tengah) saat di studio Suara Surabaya dalam program acara Connected Generation.
Foto: SS Media – Instagram daengemma

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs