Selama 10 tahun terakhir, indeks harga konsumen di Jatim, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mengalami penurunan atau deflasi tertinggi pada bulan Oktober 2015.
Muhammad Sairi Hasbullah Kepala BPS Provinsi Jatim mengatakan, penurunan harga kelompok komoditas bahan makanan seperti cabai rawit, cabai merah, serta telur dan daging ayam ras adalah penyumbang terbesar deflasi di Jawa Timur.
Cabai rawit, kata Sairi, pada bulan September 2015 lalu harganya berkisar Rp33 ribu per kilogram. Sedangkan pada Oktober 2015, harga komoditas ini menurun hingga Rp16 ribu per kilogram.
Secara umum penurunan harga komoditas kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,08 persen. Sedangkan komoditas lain yang menyumbang deflasi adalah kelompok sandang, yang mengalami penurunan harga sebesar 0,16 persen.
Termasuk kelompok sandang ini, harga emas perhiasan mengalami penurunan dari sebelumnya seharga Rp530 ribu per gram, turun menjadi Rp506 ribu per gram pada Oktober 2015.
Dua komoditas itu diikuti dengan penurunan harga beberapa kelompok komoditas lainnya. Antara lain kelompok kesehatan, yang termasuk di dalamnya harga sabun dan shampoo, mengalami penurunan harga sebesar 0,15 persen.
Tidak hanya itu, penurunan harga juga terjadi pada kelompok komoditas transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.
“Deflasi itu bisa karena stok barang melimpah, atau permintaan menurun. Yang terjadi di Jatim, menurut saya, stok bahan makanan kita melimpah,” ujarnya kepada wartawan di Kantor BPS
Secara umum indeks harga konsumen di Jatim mengalami deflasi sebesar 0,19 persen. Deflasi di Jatim ini, kata Sairi, lebih tinggi dari deflasi nasional sebesar 0,8 persen.
Sebagai perbandingan, Jawa Timur pernah mengalami deflasi sebesar 0,06 persen pada Oktober 2013. Selain itu, deflasi yang cukup tinggi juga pernah terjadi pada Oktober tahun 2011 sebesar 0,16 persen. (den/ipg)